Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Pensiunan Pegawai Negeri Sipil

Lahir di Metro Lampung. Pendidikan terakhir, lulus Sarjana dan Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Keunikan Al Quran

14 Januari 2021   08:58 Diperbarui: 14 Januari 2021   10:36 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mudah -- mudahan penjelasan ini, dapat kita pergunakan sebagai pangkal tolak, dalam memahami perintah dan petunjuk Allah dengan benar dan tepat. Karena dari rangkaian ayat -- ayat yang telah dituliskan tersebut, tidak ada satu katapun yang dapat diacu untuk mengatakan bahwa penganut agama selain Islam adalah kafir. Mari kita tolong diri kita sendiri dari azab Allah, karena hanya diri kita sendirilah yang dapat menolongnya. Dan bukan orang lain, apapun predikat, status, derajat dan pangkat orang tersebut.

Hendaklah kita sadar bahwa dengan mengetahui, dan mengakui kekhilapan atau kesalahan kita selama ini, dan segera melakukan langkah tindak perbaikan saat ini juga, jauh lebih baik. Dari pada baru mengetahui, dan mau mengakuinya saat ajal menjelang atau dipengadilan akhir nanti. Sudah tidak ada gunanya lagi. Karena saat itu kita tinggal memetik, dan menikmati hasil  perbuatan yang kita tanam selama melakoni hidup dan kehidupan diatas dunia ini. 

Kita laksanakan perintah dan petunjuk Allah, sesuai dengan agama yang kita anut. Dan tidak perlu menilai atau menyoroti agama orang lain, toh kita telah akrab dengan ungkapan "lakum dinukum waliadhin" untukmulah agamamu dan untukkulah  agamaku  ( Surat Al Kaafiruun ayat 6 ).

Dari uraian ayat - ayat tersebut, mari kita kaji kembali kitab suci yang kita imani dengan benar, sesuai agama yang kita anut. Agar dapat melaksanakan semua perintah dan petunjuk-Nya, dengan benar dan tepat. Sehingga akhirnya kita menjadi orang yang ikhlas, menyerahkan diri kepada Allah. Karena tidak ada disebutkan satu agama lebih baik dari agama yang lain.

Surat An Nissaa ayat 125. Dan siapakah  yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya.

Bahwasanya penganut satu agama mengatakan, agama yang dianutnyalah yang paling benar, itu adalah suatu hal yang wajib. Sama halnya dengan kita sebagai penganut Islam, tentu akan mengatakan bahwa agama Islam adalah agama yang paling benar. Kalau sampai ada teman yang beragama lain, Hindu misalnya. Mengatakan bahwa agama Islam yang paling benar, mestinya ya tidak usah memeluk Hindu. Tetapi memeluk agama yang paling benar, begitu bukan? 

Dan yang lebih penting kita pahami, apapun agama yang kita anut tidak cukup sampai dipengakuan saja. Karena kalau hanya suka dan bangga, penganut Islam membaca kitab suci dalam bahasa Arabnya saja, dari pada mengaji kitab sucinya agar dapat memahami makna hakiki yang terkandung didalamnya; Serta membangga -- banggakan atributnya, dan asesorisnya saja, membangga -- banggakan cara berpakaian saja. Dapat diibaratkan orang berjalan, orang tadi tidak mengetahui arah perjalanan yang benar dan tepat, menuju sasaran akhir.  

Memang benar Ka'bah sebagai kiblat penganut Islam terdapat di tanah Arab, tetapi hendaklah tidak disalah artikan lalu kita berkiblat kepada orang, budaya, dan adat istiadat Arab. Karena kitapun mempunyai adat istiadat, dan budaya sendiri. Dan yang sudah barang tentu, hanya kitalah yang wajib mensyukuri, melestarikan, dan mengembangkan budaya dan adat istiadat kita sendiri, bukan orang atau bangsa lain. Bukan sebaliknya malah membangga - banggakan adat dan budaya bangsa lain, di negeri yang sama - sama kita cintai ini.

Sebagai penganut Islam, nabi Muhammad SAW. adalah panutan kita dan sudah wajib kalau kita mencontohnya. Tetapi jangan salah mengartikan, dalam memaknainya. Maksud mencontoh disini, adalah mencontoh tingkah laku, perbuatan dan tutur kata Beliau dalam kesehariannya yang mencerminkan pengamalan perintah dan petunjuk Allah. Bukannya mencontoh Beliau dalam hal adat istiadat, budaya, dan fisik Beliau sebagai orang Arab.

Hendaklah kita berani introspeksi terhadap diri sendiri, dan menyadari akibatnya bila kebiasaan selama ini diteruskan tanpa mau hijrah merubah haluan, agar sasaran perjalanan kita dapat tercapai dengan benar dan tepat. Niscaya kita akan terjerumus lebih dalam ke lembah kenistaan, dan lembah kesesatan.         

Mari kita buka lembaran baru. Dengan saling menghormati, dan saling menghargai sesama manusia tanpa melihat perbedaan suku bangsa, warna kulit, bahasa, dan agama atau keyakinan yang dianut, karena sesungguhnya manusia itu adalah umat yang satu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun