Benarkah yang dapat menyelamatkan kita, hanya diri kita sendiri? Benar! Akan terus berlanjut seperti selama inikah, pengamalan atau pewujud -- nyataan ayat - ayat Allah? Tanpa mau mengaji atau meneliti kembali, agar memahami makna sesungguhnya yang terkandung dalam ayat-ayat Allah tersebut? Sehingga umat tidak selalu dibius dengan kata orang, pahala, dan surga belaka tanpa mengetahui apa makna hakiki yang terkandung dalam perintah dan petunjuk Allah yang sebenarnya. Kita harus berani mengevaluasi pelaksanaan keyakinan kita selama ini demi keselamatan diri kita sendiri, dan keluarga serta terwujudnya generasi bangsa yang memiliki akhlak mulia dan berbudi pekerti luhur.
Sesungguhnya perintah dan petunjuk Allah yang tertulis yaitu Al Qur'an, memiliki keunikan. Lalu apa keunikannya? Keunikannya adalah ayat -- ayat tersebut saling melengkapi, saling menjelaskan, saling menguatkan. Sehingga perlu dikaji makna yang terkandung didalamnya setiap saat, kapanpun, dan dimanapun kita berada. Jadi tidak memerlukan tempat, dan waktu khusus untuk mengaji ayat -- ayat Allah itu. Dan bukan hanya dibaca dalam bahasa Arabnya setahun sekali di bulan Ramadhan, dengan tujuan untuk mengejar kejar laillatul qadar.Â
Surat Asy Syuu'araa' ayat 192. Dan sesungguhnya Al Quran ini benar - benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, ayat 193. dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), ayat 194. ke dalam hatimu  (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang diantara orang - orang yang memberi peringatan, ayat 195. dengan bahasa Arab yang jelas.
Al Qur'an ditempatkan dalam hati ( ayat 194 ) apa maknanya? Makna salah satunya, apabila ada seseorang berkata atau berbicara, hendaklah didengarkan dengan tenang, dan sabar terlebih dahulu agar kita mengerti dengan benar, dan tepat apa yang dikatakan. Kemudian kita tanggapi sesuai dengan alur pembicaraannya, setelah lawan bicara berhenti berbicara. Bukannya kita bicara, ditengah orang sedang berbicara.
Karena disamping tidak etis, juga akan memecah konsentrasi si pembicara, dan kita pun tidak dapat menerima apa yang dikatakan dengan baik. Bukankah Al Qur'an ditempatkan di dalam hati, jadi saat orang berkata atau berbicara sama saja dengan membacakan ayat Allah. Oleh karena itu, kita wajib mendengarkannya dengan baik agar kita tahu persis, apakah yang dikatakan itu benar adanya, atau ada pendustaan dari apa yang dikatakannya.
Surat Al Qiyaamah ayat 16. Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk ( membaca )  Al Qur'an karena hendak cepat --  cepat (menguasai) --nya. Ayat 17. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkan nya ( didadamu ) dan (membuatmu pandai ) membacanya. Ayat 18. Apabila Kami telah selesai membaca-kannya maka ikutilah bacaannya itu. Â
Makna surat Al Qiyaamah ayat 18, dari penggalan kalimat maka....... ikutilah bacaannya itu. Memerintahkan kepada penganutnya agar setelah membaca Al Qur'an, kita tindak lanjuti dengan pelaksanaan atau pengamalan sesuai dengan apa yang dibacanya itu. Jadi hendaklah tidak diartikan hanya sekedar menirukan, orang membaca Al Qur'an dalam bahasa Arab.
Dari rangkaian ayat 16, 17 dan 18 surat Al Qiyaamah menyiratkan, untuk mengaji makna yang terkandung dalam perintah dan petunjuk Allah, sebaiknya dilakukan dalam keadaan tenang, dirasakan melalui roso pangroso, sabar, dan ikhlas. Dan sudah barang tentu menggunakan bahasa yang kita sendiri, atau bahasa yang kita mengerti, atau bahasa yang kita pahami. Pembacaan dan pengajian Al Qur'an wajib dilakukan berulang kali dari ayat pertama surat pertama, hingga ayat terakhir surat terakhir, agar memahami makna hakiki yang terkandung di dalamnya. Adalah tidak bijak bila baru ketemu satu ayat langsung disampaikan kepada umat sebelum di cek dan cek kembali (check and recheck) dengan ayat -- ayat lain yang ada dalam Al Qur'an secara keseluruhan, karena dapat menjerumuskan umat.
Kalau orang Arab yang memang sehari -- harinya berbahasa Arab, silahkan mengaji Al Qur'an menggunakan bahasa Arab. Kalau orang Indonesia yang sehari -- harinya berbahasa  Indonesia, silahkan mengaji Al Qur'an menggunakan bahasa Indonesia. Kalau suku Jawa yang sehari -- harinya berbahasa Jawa, mau mengaji Al Qur'an menggunakan bahasa Jawa, sumonggo. Kalau orang Jepang yang sehari -- harinya berbahasa Jepang, silahkan kalau mau mengaji Al Qur'an menggunakan bahasa Jepang, dan seterusnya, dan seterusnya, dan seterusnya.Â
Intinya kita mengaji menggunakan bahasa yang kita mengerti, atau kita pahami, atau bahasa kita sendiri. Bila hal seperti ini yang kita kerjakan, berarti kita menjadi orang yang mengedepankan bisa merasa. Dan akan menjadi orang yang beruntung, karena dapat mengerti makna ayat Allah yang dibacanya. Dan insya-Allah kita dapat mengamalkan, atau dapat mewujud-nyatakan, atau dapat melaksanakan perintah dan petunjuk Allah tersebut dengan benar dan baik.
Sebaliknya bila seseorang mengedepankan merasa bisa, Al Qur'an dibaca dalam bahasa Arabnya, begitu ditanya apa arti yang dibaca? Jawabannya tidak ngerti, maka jadilah mereka orang yang tidak beruntung. Karena orang tadi bisa membaca dalam bahasa Arab, tetapi tidak mengerti maknanya, dan sudah barang tentu tidak akan dapat mengamalkan, atau melaksanakan, atau mewujud -- nyatakan perintah dan petunjuk Allah yang dibacanya itu.