Nyata membasuh kedua kaki untuk menghilangkan pengotor nyata, gaib diniatkan dalam hati akan memelihara kesucian diri. Dengan tidak untuk melangkah menuju perbuatan yang merugikan diri sendiri, dan atau orang lain. Apa-apa yang telah diikrarkan atau diniatkan baik yang terucap maupun dalam hati, hendaklah diwujud-nyatakan atau diamalkan atau diaktualisasikan dalam keseharian kita, dilandasi rasa iklas, sabar lahir dan batin.Â
Saat mau pergi meninggalkan rumah katanya sudah berwudhu, tetapi tangan masih terasa gatal, kalau melihat milik orang lain. Mulut masih terasa gatal: kalau tidak membicarakan aib orang lain, kalau tidak mengumpat orang lain, kalau tidak mencela dan menghujat orang lain, kalau tidak menilai orang lain, kalau tidak menyalahkan orang lain, dan seterusnya. Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â
Untuk selanjutnya silahkan dikembangkan sendiri pemaknaannya, sesuai dengan daya tangkap dan daya nalar masing -- masing atas sinyal sinyal yang diperintahkan dan ditunjukkan Allah. Baik berupa ayat - ayat Allah yang tertulis, maupun ayat -- ayat Allah yang tidak tertulis berupa jagad raya seisinya termasuk diri manusia.
Yang paling penting untuk diingat, sesungguhnya apa -- apa yang diikrarkan atau apa -- apa yang diniatkan tadi adalah perang suci atau jihad. Dan amat berat menghadapinya, karena apa -- apa yang diikrarkan atau diniatkan atau dijanjikan tadi, tidak lain adalah sesuatu yang amat tidak disukai iblis, setan, dan sebangsanya. Surat Al Hijr ayat 39. Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik ( perbuatan maksiat ) dimuka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya.Â
Tinggal, kuat siapa. Tetapi yaitu  sudah biasa bila ada info atau kabar baru seperti ini, dan lebih-lebih yang menyampaikan orang kebanyakan saja, pasti langsung dibantah karena memang demikianlah adanya manusia, suka membantah. Surat Al Kahfi ayat 54. Dan sesungguhnya Kami  telah  mengulang  -  ulangi bagi manusia dalam Al Qur'an ini bermacam - macam perumpamaan. Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah. Â
Kebanyakan orang mungkin akan mengatakan, ah itu kan hanya reka -- rekanya penulis saja! Sejak dulu atau sejak nenek moyang, kalau berwudhu ya hanya begitu itu. Namanya orang berpendapat, tentunya ya dihormati dan dihargai pendapatnya itu. Namun disisi lain, mari ditelusuri melalui hati nurani atau roso pangroso. Dengan mengedepankan bisa merasa, kejujuran, dan menurunkan gengsi atas hal-hal berikut kalau kita memang ingin memperbaiki kualitas diri kita sendiri. Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â
Suatu kejadian ringan yang dapat membatalkan wudhu, misal buang angin. Kalau akan sembayang tiba -- tiba tanpa sengaja buang angin, tentunya wajib mengulang kembali berwudhu, sesuai dengan tata cara berwudhu bukan? Mari dinalar. Logikanya kalau hanya sekedar membersihkan pengotor nyata yang ada atau yang melekat pada organ tubuh, dan yang dibasuh sesuai tata cara berwudhu, hal ini tentunya tidak logis, mengapa? Karena justru organ tubuh tempat lewatnya angin, malah tidak dibasuh. Yang justru kemungkinan, ada pengotor nyatanya. Tetapi kenyataannya, tidak dibasuh tempat lewatnya angin.
Kecuali hal tersebut. Bila setelah berwudhu kemudian terkantuk sejenak sebelum melaksanakan sembayang, hukumnya wajib mengulang wudhu kalau akan melakukan sembayang. Apakah dengan terkantuk sejenak,  lalu  secara  spontan  banyak kotoran bertumpuk di organ -- organ tubuh yang harus dibasuh layaknya tata cara berwudhu? Tidak. Mengulang berwudhu, hakekatnya untuk mengingatkan kembali terhadap apa -- apa yang telah kita ikrarkan, atau kita niatkan, atau kita janjikan sebelumnya.
Hal ini sesungguhnya merupakan suatu pembiasaan  agar kita selalu dalam keadaan sadar, dan ingat ( eling ) secara  terus  menerus  tanpa  terputus (mendirikan shalat). Terhadap apa -- apa yang telah kita ikrarkan, atau telah kita niatkan atau telah kita janjikan sebelumnya. Karena selama terkantuk meskipun hanya berlangsung sekejab, bisa jadi dapat melupakan atau bahkan dapat menghilangkan apa - apa yang telah kita ikrarkan, atau kita niatkan atau kita janjikan itu.
Hal ini juga mengingatkan kita, bahwa perbuatan apapun yang telah kita ikrarkan atau telah kita niatkan atau telah kita janjikan, untuk menggapainya atau untuk meraihnya tidak dapat dilakukan hanya dengan bermalas-malasan saja, tetapi harus diraih dengan perbuatan nyata, dan pikiran terfokus kepada satu sasaran yang dituju. Insya-Allah berhasil.                  Â
Dengan demikian, sesungguhnya penganut Islam sudah dibiasakan berlatih untuk melakukan atau melaksa-nakan atau mengamalkan apa -- apa yang telah diikrarkan atau diniatkan atau dijanjikan, bila yang bersangkutan dapat memahami makna yang tersirat didalamnya. Atau dengan kata lain, secara tidak sadar penganut Islam telah dipaksa untuk berbuat sesuai dengan apa - apa yang telah diikrarkan, atau telah diniatkan, atau telah dijanjikan. Singkatnya kata umat Islam diharapkan agar dapat secara spontan, mewujud-nyatakan satunya kata dengan perbuatan. Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â