Bagaimana bisa, anak kelas 3 SD memperkosa teman sepermainannya yang masih TK? Padahal, ketika saya kelas 3 SD dulu, di benak saya nggak pernah ada hal-hal yang berbau demikian. Di usia yang masih segitu, saya masih senang main kelereng, gobag sodor, atau permainan lain yang menggairahkan. Berkumpul bersama teman-teman di lapangan.Â
Lalu apa yang ada di benak lelaki pembunuh yang memperkosa bocah 2,5 tahun? Apalagi ketika dia bilang, "Saya terangsang ketika melihat wajahnya yang menggemaskan dan kulitnya yang putih dan halus."Â
Gila. Cuma karena begitu saja sampai tega memperkosa bayi hingga meninggal! Cacat tuh otaknya!
Yang teranyar, pembunuh Eno adalah lelaki yang masih siswa sebuah SMP. Hancur sekali generasi kita! Semuda itu bisa melakukan hal-hal gila dan di luar nalar.Â
Nah, karena begitu intensnya berita-berita demikian, saya jadi teringat beberapa hal:Â
Pertama, almarhum KH. Zainuddin, MZ, pada sebuah ceramahnya pernah bilang, bahwa "untuk menghancurkan sebuah bangsa tanpa perang, maka cukup rusak saja generasi mudanya. Mereka adalah calon pemimpin masa depan, maka jika sejak dini sudah dirusak, nanti mereka akan menjadi lemah dengan sendirinya."
Mengapa bocah kelas tiga SD dan remaja SMP sampai tega memperkosa dan membunuh?Â
Alasan paling logis tentu saja karena mereka pernah menyaksikan hal serupa: adegan hubungan badan dua insan berbeda jenis.Â
Darimana?Â
Tentu saja dari banyak tontonan: sinetron-sinetron di televisi, DVD-DVD porno, dan yang paling masif, tentu saja adalah dari internet. Baik di warnet atau dari telepon genggam masing-masing.Â
"Tapi, bukannya situs porno sudah diblokir, Bang Syaiha?"Â