Penanggulangan dengan cara hayati misalnya dengan menanam penutup tanah arachis pintoi dan penyiangan terbatas pada piringan tanaman lada. Tanaman arachis pintoi dapat mengurangi penyebaran propagul (spora) jamur phytoptora capsici. Selain itu, bunga arachis pintoi juga merupakan sumber nutrisi bagi musuh alami hama penggerek batang lada.
Pencegahan penyakit akibat jamur patogen ini dapat dilakukan dengan menaburkan biang jamur musuh alami phytoptora capsici, yakni jamur trichoderma harzianum dan jamur gliocladium virens. Kedua agen hayati pencegah penyakit busuk pangkal batang ini sudah mulai populer digunakan oleh para petani kita, dan hasilnya cukup baik. Di pasaran antara lain bermerk Natural Glio. Bagusnya, biang jamur anti phytoptora c ini dapat diperbanyak sendiri secara mudah sebelum diaplikasikan ke lapangan. Cara perbanyakan tertera di kemasan.
Membudidayakan tanaman lada saat ini memang cukup menjanjikan, mengingat harga lada putih dan lada hitam yang menggiurkan. Harga lada juga tercatat terus merangkak naik dari tahun ke tahun. Saat ini lada putih ada di kisaran harga Rp130.000,00-150.000,00/kg. Puncaknya adalah bulan puasa lalu yang menyentuh harga Rp200.000,00/kg. Harga lada hitam sendiri sekitar 65% sampai 70% dari harga lada putih. Jika bisa panen 1,5 ton saja per hektar per tahun, dan harga minimal dibuat Rp100.000,00 saja per kilogram, akan ada uang setidaknya 150 juta rupiah di kocek penanamnya dalam setiap tahun. Bandingkan dengan hasil bertanam kelapa sawit yang hasil bruttonya hanya sekitar Rp30 juta per hektar per tahun.
Salam sejahtera petani Indonesia!