A. Kelebihan.
1. Membuat bibitnya lebih mudah, karena itu harga bibitnya lebih murah.
2. Lebih jarang terkena penyakit busuk akar dan busuk pangkal batang, karena pangkal batang dan perakaranya tidak ternaungi langsung oleh rimbun dedaunannya.
3. Perawatannya, termasuk pemupukan dan penyiangan gulma lebih mudah.
4. Produksi buahnya lebih tinggi. Potensi hasil pertanaman satu hektar lada panjat umur lebih dari tiga tahun secara rerata adalah 3,5 ton lada putih kering per tahun.
5. Umur tanaman relatif lebih panjang.
6. Relatif lebih tahan cekaman air.
B. Kekurangan.
1. Panen perdananya lebih lama, umumnya pada usia dua setengah tahun sampai tiga tahun setelah tanam.
2. Harus menggunakan tiang panjatan. Tiang umumnya berupa cor beton, kayu mati; atau yang paling baik adalah kayu hidup. Kayu hidup yang dilekat oleh lada membantu tanaman lada mendapatkan tambahan asupan air dan unsur hara, terutama pada musim kemarau. Itulah sebabnya tanaman lada bertiang panjat (tajar) kayu hidup terlihat lebih segar di musim kemarau dibanding tanaman lada yang bertajar cor beton atau kayu mati. Jenis kayu hidup yang paling sering dipakai antara lain lamtoro (petai cina), gamal, dadap, kayu air, atau sengon. Jarak antara titik tanam lada dengan titik tanam tajar hidupnya adalah 30 cm. Tajar ada di sebelah Barat titik tanam lada. Kelemahan tajar hidup adalah ia harus dipangkas setiap enam bulan, lalu hasil pangkasannya dijadikan mulsa atau penutup tanah. Mulsa hijau ini pada akhirnya akan menjadi kompos penyubur tanah juga.