"Nyumbang itu yang penting ikhlas. Bukan soal jumlahnya."
Hanif mengangguk. Ia masih terisak. Dadanya naik turun tak beraturan. Sesekali ia berusaha menarik napas panjang.
"Tapi, Hanif kok diejek?"
Tangisnya seperti mau pecah lagi. Sang ibu kembali memeluknya, berusaha menenangkan.
"Ya, itu perbuatan nggak baik. Hanif mau memaafkan mereka, kan?"
Hanif mengangguk. Â Meski berusaha membuat perasaan anaknya tenteram, dada sang ibu tetap bergemuruh.
"Ini tak bisa dibiarkan!" pekiknya dalam hati.
"Bang Manan harus ambil tindakan."
***
Sang istri menceritakan semua yang dialami anak mereka, Hanif, kepada Pak Manan. Ia mendesak suaminya agar melakukan sesuatu untuk menyembuhkan luka hati Hanif.
Pak Manan menemui Hanif yang sedang menggambar di meja belajar. Dipeluknya anak tunggalnya itu selama beberapa detik.