Mohon tunggu...
Abdullah Muzi Marpaung
Abdullah Muzi Marpaung Mohon Tunggu... Dosen - Seorang pejalan kaki

Tak rutin, tapi terus...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sang Perdana Menteri

11 September 2020   16:57 Diperbarui: 11 September 2020   16:55 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Jangan anggap kami orang jahat," ucap salah seorang tokoh kuat mantan lawanku.

"Kami ini patriot. Kami menginginkan kestabilan bagi negeri ini."

"Saya dan beliau," ia menunjuk seteru politiknya, "berbeda pandangan politik."

"Kami bukan teman, apa lagi sahabat. Tapi kali ini kami harus bekerja sama demi ketenangan berbangsa. Itu saja." Pening sungguh kepalaku.

Hari ini aku mengambil sedikit waktu untuk menyendiri di ruang kerjaku. Aku berusaha ngobrol santai dengan hatiku. Satu tanganku memegang selembar kertas dengan gemetar. Selembar kertas berisikan nama-nama menteri yang akan segera kuumumkan. Apa yang akan kulakukan setelah ini? Apa kunikmati saja permainan ini?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun