Sayang, engkau sebutkan satu huruf
panas bagai bijih emas melebur
yang memisahkan warna kaku sendu
sebab kemurnian ilusi tiada henti melangkahi waktu
ingin ku tutupi media bara tanpa bulir keluluhanmu
---
Sayang, ku katakan itu mencekam dalam sepi
debaran bagai badai badai hujan api
yang menyentuh taman mimpi mimpi elegi bersemi
sebab teriakanmu pasti terhenti, gugur bersama daun mizan
ingin ku tutupi selamanya ketelanjangan benak
nosi nosi di ujung malam
---
Jangan pergi, sebelum api unggun ini memesona
sebelum hujan raungkan tangisan bersama doa doa
sebab bukankah aku bertelut junjungkan dulimu?
sebab bukankah engkau berjalan dengan parafrasaku?
lalu sunyi kian merantai tanya tanya lelaku?
---
Tidak sayang, aku hanya bagian dari bahasa jiwamu
engkau bagian dari aliran darah pembuluh makna
sebab hakim agung adalah hati nurani kita tanpa tabir
bukan ilusi, bukan larik larik alam semesta semata
bahagia itu akan sekarat dalam cekaman kelam,
merintih, menahan, tiada kan terhenti
---
Lancang dan culas engkau,
aku tidak pernah iba hanya karena irisan kata kata mega
sampai ujung pandangan adalah raga dugamu berlalu
sebab aku bebas dari kurungan awan seribu majas para penutur
akulah penentu, akulah sang kreator, akulah pemenang,
akulah komposer di menara aksara
---
Buka semua helai amarahmu kalau begitu, aku suka
lalu muka muka pencuri kejujuran bersembunyi, senandung dalam adagio
rengkuh malu dalam sangka, menari nari,
mengikuti liukan bayangan hitam lidah api
tutup segala tiba indera, membuta, tuli, kosong, tanpa harapan,
absurd itu adalah biasa
tapi sukaku muskil terbunuh oleh tajamnya seribu lensa ikonis
---
Sahabat Terkasih,
Palung jiwaku sesungguh palung jiwamu
Sepimu sepiku
Aku ada di belakang kegelapanmu
Engkau pun tidak sendiri
Semoga Maha Harapan tidaklah terlambat
Maafku lama berdiri menanti suaramu
------------
Catatan :
Diambil dari blog pribadi
Terinspirasi dari canda jiwa "Anda, Anda, Anda" dalam sebuah surat, tertuang kembali tanpa kata-kata itu.
Mari berpuisi dan menabrak iklan, ups....
Youtube : Â http://www.youtube.com/watch?v=9baS0ocm9uo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H