Kegiatan ini diawali dari pengamatan terhadap fenomena dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan bermakna untuk menghasilkan temuan yang diperoleh sendiri oleh siswa. Dengan demikian pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa tidak dari hasil mengingat fakta , tetapi hasil menemmukan sendiri dari fakta yang dihadapinya.Â
Prinsip yang bisa dipegang guru ketika menerapkan komponen inquiry dalam pembelajaran adalah: (a) pengetahuan dan keterampilan akan lebih lama diingat apabila siswa menemukan sendiri, (b) informasi yang diperoleh siswa akan lebih mantap apabila diikuti dengan bukti-bukti atau data yang ditemukan sendiri oleh siswa, (c) siklus inquiry adalah observasi (observation), bertanya (questioning), mengajukan dugaan (hipotesis), pengumpulan data (data gathering), dan penyimpulan (conclusion), (d) langkah kegiatan inquiry adalah merumuskan masalah, mengamati dan melakukan observasi, menganalisis dan menyajikan hasil, mengkomunikasikan atau menyajikan. 4) Learning community (masyarakat belajar) Konsep Masyarakat belajar (learning community) menyarankan bahwa hasil belajar sebaiknya diperoleh dari kerjasama dengan orang lain.Â
Hal ini berarti bahwa hasil belajar bisa diperoleh dari sharring antar teman, antar kelompok, dan dan antara yang tahu kepada yang tidak tahu, baik didalam maupun diluar kelas. Prinsip yang bisa diperhatikan guru ketika menerapkan pembelajaran yang berkonsentrasi pada komponen learning community antara lain: (a) pada dasarnya hasil belajar diperoleh dari kerjasama atau sharing dengan pihak lain, (b) sharing terjadi apabila ada pihak yang saling member dan saling menerima informasi, (c) sharing terjadi ada komunikasi dua atau multiarah, (d) masyarakat belajar terjadi apabila masing-masing pihak yang didalamnya sadar akan pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang dimilikinya bermanfaat bagi yang lain, (e) yang terlibat dalam masyarakat belajar pada dasarnya bisa menjadi sumber belajar. 5) Modeling (Pemodelan) Komponen Pemodelan (modeling) menyatakan bahwa pembelajaran keterampilan dan pengetahuan tertentu diikuti dengan model yang bisa ditiru siswa. Model yang dimaksud bisa berupa pemberian contoh tentang, misalnya cara mengoperasikan sesuatu, menunjukan hasil karya, mempertontonkan suatu penampilan. Cara pembelajaran seperti ini akan lebih cepat dipahami siswa daripada hanya bercerita atau memberikan penjelasa pada siswa tanpa ditunjukan modelnya atau contohnya.Â
Prinsip yang bisa diperhatikan guru ketika melaksanakan pembelajaran adalah sebagai berikut: (a) pengetahuan atau keterampilan diperoleh dengan mantap apabila ada model atau contoh yang bisa ditiru, (b) model atau contoh bisa diperoleh langsung dari yang kompeten atau dari ahliya, (c) model atau contoh bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, contoh hasil karya, atau model penampilan. 6) Reflection (Refleksi atau Umpan Balik) Refleksi (reflection) merupakan bagian terpenting pada pembelajaran dengan pendekatan CTL.Â
Dengan memikirkan kembali apa yang baru dipelajari, menelaah dan merespon semua kejadian, aktivitas, atau pengalaman yang terjadi dalam pembelajaran, bahwa memberikan masukan atau saran jika diperlukan, siswa akan menyadari bahwa pengetahuan yang diperolehnya merupakan pengayaan bahkan revisi dari pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Kesadaran seperti ini penting ditamanmkan kepada siswa agar ia bersikap terbuka terhadap pengetahuan-pengetahuan baru.Â
Prinsip yang perlu diperhatikan oleh guru dalam rangka penerapan komponen refleksi adalah sebagai berikut: (a) perenungan atas sesuatu pengetahuan yang baru diperoleh merupakan pengayaan atau pengetahuan sebelumnya, (b) perenungan merupakan respon atau kejadian aktivitas, atau pengetahuan yang telah diperolehnya, (c) perenungan bisa berupa menyampaikan penilaian atas pengetahuan yang baru diterima, membuat catatan singkat, diskusi dengan teman sejawat, atas unjuk kerja. 7) Authentic Assessment Penilaian autentik (authentic assessment) merupakan ciri khusus dari pendekatan kontekstual dimana proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran atau informasi tentang perkembangan pengalaman belajar siswa. Gambaran pengalaman siswa ini perlu diketahui guru setiap saat agar bisa memastikan benar tidaknya proses belajar siswa. Dengan demikian penilaian autentik diarahkan pada proses mengamati, menganalisis dan menafsirkan data yang telah terkumpul ketika atau dalam proses pembelajaran siswa berlangsung, bukan semata-mata pada hasil pembelajaran.Â
Prinsip dasar yang menjadi perhatian guru ketika menerapkan konponen penilaian autentik adalah sebagai berikut: (a) penilaian autentik bukan menghakimi siswa tetapi untuk mengetahui perkembangan belajar siswa, (b) penilaian dilakukan secara komprehensif dan seimbang antara proses dan hasil, (c) guru menjadi penilai yang konstruktif (constructive evaluators) yang dapat merefleksi bagaimana siswa belajar, bagaimana siswa menghubungkan apa yang mereka ketahui dengan berbagai konteks belajar, (d) penilaian autentik memberikan kesempatan siswa untuk dapat mengembangkan penilaian diri (self assessment) dan penilaian sesame (peer assessment), (e) penilaian autentik mengukur keterampilan dan performansi dengan kriteria yang jelas (performance-based), (f) penilaian autentik dilakukan dengan berbagai alat secara berkesinambungan sebagai bagian integral dari proses pembelajaran, (g) penilaian autentik dapat dimanfaatkan oleh siswa, orangtua dan sekolah untuk mendiagnosis kesulitan belajar, umpan balik pembelajaran, dan/atau untuk menentukan prestasi siswa. Bertolak dari prinsip-prinsip dasar komponen pendekatan CTL, dapat diambil kata-kata kunci (keyword) yang dapat dipakai sebagai pengingat guru ketika melaksanakan kegiatan pembelajaran berbasis CTL adalah sebagai berikut: (1) belajar pada hakekatya real-word learning, yaitu belajar dari kenyataan yang bisa diamati, dipraktikan, dirasakan dan diuji coba, (2) belajar adalah mengutamakan pengalaman nyata, bukan hanya pengalaman yang diangan-angan saja, yang tidak bisa dibuktikan secara empiris, (3) belajar adalah berpikir tingkat tinggi, yaitu berpikir kritis yang mengedepankan siklus inquiry dari mengamati, bertanya dan mengajukan dugaan sementara (hipotesis), mengumpulkan data, menganalisis data, sampai dengan merumuskan kesimpulan atau teori, (4) kegiatan pembelajaran berpusat pada siswa, yaitu pemebelajaran yang memberikan kondisi yang memungkinkan siswa melakukan serangkaian kegiatan secara maksimal, (5) kegiatan pembelajaran memberikan kesempatan siswa untuk aktif, kritis dan kreatif, (6) kegiatan pembelajaran menghasilkan pengetahuan bermakna dalam kehidupan siswa, (7) kegiatan pembelajaran harus dekat dengan kehidupan nyata, (8) kegiatan pembelajaran harus bisa menunjukan perubahan perilaku siswa sesuai dengan yang diharapkan, (9) kegiatan pembelajaran diarahkan pada siswa praktik bukan menghafal, (10) pembelajaran bisa menciptanakan siswa belajar (learning) bukan guru mengajar (teaching), (11) sasaran pembelajaran adalah pendidikan (education) bukan pengajaran (instruction), (12) pembelajaran diarahkan pada pembentukan perilaku manusia yang berbudaya, (13) strategi pembelajaran diarahkan pada pemecahan masalah sehingga siswa lebih berpikir kritis, (14) situasi pembelajaran dikondisikan agar siswa lebih banyak bertindak (acting), sedangkan guru hanya mengarahkan, (15) hasil belajar diukur dengan berbagai cara, bukan hanya dengan tes saja
Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Pendekatan Kontekstual Alternative Pembelajaran masa Kini", Klik untuk baca:
https://www.kompasiana.com/bang_sarw/5500a098a33311ef6f511b34/pendekatan-kontekstual-alternative-pembelajaran-masa-kini
Kreator: Musafir Pandhawa
Kompasiana adalah platform blog, setiap konten menjadi tanggungjawab kreator.
Tulis opini Anda seputar isu terkini di Kompasiana.com