Mohon tunggu...
Musafir Pandhawa
Musafir Pandhawa Mohon Tunggu... Guru - SD Negeri 2 Ambalresmi, Kebumen

saya adalah seseorang yang ingin bisa berguna bagi diri sendiri dan orang lain, namun belum tahu apa yang bisa diberikan untuk orang lain

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pembelajaran Kontesktual, Alternatif Pembelajaran Masa Kini

8 Oktober 2022   05:53 Diperbarui: 8 Oktober 2022   07:25 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perlu diingat bahwa guru bukanlah satu-satunya aktor pendidikan yang mempunyai peranan untuk keberhasilan suatu pembelajaran, siswa memiliki potensi besar dan mampu mengembangkan dirinya untuk mencari pengetahuan dan keterampilan baru yang ada di lingkungan sekitarnya. 

Jadi, dalam setiap pembelajaran yang dilakukan, guru hendaknya dapat mengoptimalkan kemampuan berpikir siswa. Salah satu masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. 

Dalam proses pembelajaran yang sering dilakukan di sekolah, siswa kurang diajak untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran masih terpaku pada kemampuan menghafal, mengingat informasi tanpa mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari. 

Belajar bukanlah untuk menghafal kosa kata, mengerjakan latihan soal dan tugas-tugas, tetapi siswa perlu dilibatkan secara aktif untuk mengaitkan pelajaran akademis yang diterimanya dengan konteks kehidupan nyata yang dialaminya sehingga pembelajaran akan lebih bermakna.

 Menurut teori belajar Peter Sheal (dalam Atit Suryati, 2008) mengemukakan bahwa belajar yang paling bermakna hingga mencapai 90 % adalah dengan cara melakukan-mengalami dan mengkomunikasikan. Agar dapat memenuhi hal tersebut, maka pelajaran harus diangkat dari kontekstual yang dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari. 

Melalui pembelajaran bermakna, siswa diberi tanggung jawab untuk melaksanakan suatu proyek atau tugas yang melatih siswa untuk merencanakan, mengatur, menyusun, menyelidiki suatu topik dan menentukan kesimpulan dengan mengaitkannya dengan kehidupan mereka sehari-hari. Dengan demikian, siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan tentang pelajaran akademis, tetapi memperoleh pengalaman atau keterampilan secara langsung yang bermanfaat untuk kehidupannya. 

Berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan, dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (dalam Wina Sanjaya: 2) dinyatakan bahwa "Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara."

Dari rumusan tentang pendidikan tersebut dapat dipahami bahwa pendidikan dilaksanakan secara sadar dan terencana, tidak asal-asalan sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan tidak hanya pada hasil tetapi proses pembelajaran. 

Pembelajaran yang dilakukan di sekolah harus berupaya mengembangkan potensi anak didiknya sampai yang terakhir yaitu anak memiliki kemampuan spiritual keagamaaan, kecerdasan, keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, bangsa dan negara. Untuk mewujudkan semua itu, tentunya tidak terlepas dari bahasa baik dalam pengajarannya maupun penerapannya. Bahasa sebagai sarana utama seorang manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lain. 

Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan sangatlah penting untuk dipelajari mulai dari sekolah dasar. Berbagai keterampilan yang ada dalam bahasa Indonesia seperti mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis perlu diajarkan sejak dini. Saat ini, banyak pemakai bahasa nasional yang belum mempergunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, sesuai dengan konteks pemakaiannya. 

Oleh karena itu, pengajaran bahasa Indonesia sangat perlu untuk ditingkatkan. Pada pembelajaran bahasa Indonesia khususnya untuk aspek menulis, banyak anak yang hafal bagaimana cara menulis suatu karangan, tetapi ketika harus menulis ia bingung harus memulai dari mana dan sebagainya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun