Siswa kesulitan merangkai kosa kata menjadi sebuah kalimat yang baik dan benar. Siswa merasa kesulitan untuk mengungkapkan pikirannya tentang suatu topik ke dalam suatu karangan.Â
Sebagian besar siswa, hanya memperoleh beberapa baris apabila guru menugaskan menulis karangan. Hal itu menyebabkan siswa tersebut memperoleh nilai cukup atau bahkan kurang dalam tugas menulis karangan sederhana di kelas III pada periode-periode sebelumnya.Â
Dari berbagai hal yang telah diutarakan di atas, peneliti akan menggunakan pendekatan kontekstual sebagai upaya untuk membangkitkan gairah belajar siswa, sehingga siswa dapat belajar untuk memperoleh pengetahuan dan mengaitkannya dengan kehidupan nyata di lingkungannya.Â
Pendekatan kontekstual menurut Nurhadi (Sugiyanto: 18) adalah "konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Jadi, pendekatan kontekstual di sini adalah pembelajaran yang holistik yang bertujuan mengaitkan informasi yang diterima terhadap konteks kehidupan sehari-hari sehingga siswa akan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang bersifat dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi pemahamannya sendiri."Â
Pendekatan kontekstual dipilih oleh peneliti, karena peneliti menilai pendekatan kontekstual dapat dijadikan suatu pendekatan pembelajaran yang menyenangkan dapat menarik minat belajar siswa sehingga siswa dapat mengikuti pelajaran dengan baik dan perolehan belajar akan lebih bermakna.Â
Hal itu didukung dengan pernyataan Jonshon (Sugiyanto: 18) yang mengungkapkan bahwa pendekatan kontekstual bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka.Â
Pendekatan kontekstual dalam hal ini adalah guru membelajarkan siswa dengan memandang siswa sebagai subjek belajar, yaitu dengan cara guru memulai pembelajaran yang dimulai atau dikaitkan dengan dunia nyata yaitu diawali dengan bercerita atau tanya-jawab lisan tentang kondisi aktual dalam kehidupan siswa, kemudian diarahkan melalui permodelan agar siswa termotivasi, questioning agar siswa berpikir, constructism agar siswa membangun pengertian, inquiry agar siswa bisa menemukan konsep dengan bimbingan guru, masyarakat belajar agar siswa bisa berbagi pengetahuan dan pengalaman serta terbiasa berkolaborasi, refleksi agar siswa bisa mereviu kembali pengalaman belajarnya, serta penilaian yang sebenarnya agar penilaian yang diberikan menjadi sangat objektif.Â
Prinsip Dasar Setiap Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual melibatkan tujuh komponen utama, yaitu (Masnur Muslich, 2007: 44): 1) Contructivism (kontruktivisme, membangun, membentuk) Kontruktivisme merupakan landasan filosofis (berpikir) pendekatan CTL. Pembelajaran yang berciri konstruktivisme menekankan terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif, dan produktif berdasarkan pengetahuan dan pengetahan terdahulu dan dari pengalaman belajar yang bermakna.Â
Prinsip dasar kontruktivisme dalam praktik pembelajaran yang harus dipegang oleh guru adalah sebagai berikut: (a) proses pembelajaran harus lebih utama dari hasil pembelajar, (b) informasi bermakna dan relevan dengan kehidupan nyata siswa lebih penting daripada informasi verbalistis, (c) siswa mendapatkan kesempatan seluas-luasnya untuk menemukan dan meneapkan idenya sendiri, (d) siswa diberikan kebebasan untuk menerapkan strateginya sendiri dalam belajar, (e) pengetahuan siswa tumbuh dan berkembang melalui pengalaman sendiri, (f) pengalaman siswa akan berkembang semakin dalam dan semakin kuat apabila diuji dengan pengalaman baru, (g) pengalaman siswa dibangun secara asimilasi (yaitu pengetahuan dibangun dari struktur pengetahuan yang sudah ada) maupun akomodasi (yaitu struktur pengetahuan yang sudah ada dimodifikasi untuk menampung/menyesuaikan hadirnya pengalaman baru).Â
2) Questioning (bertanya) Komponen bertanya (questioning) merupakan strategi pembelajaran CTL, yang memandang bahwa pembelajaran CTL merupakan suatu upaya guru yang bisa mendorong siswa untuk memperoleh informasi, sekaligus mengetahui perkembangan kemampuan berpikir siswa.Â
Pada sisi lain, kenyataan menunjukan bahwa pemerolehan pengetahuan seseorang selalu bermula dari bertanya. Prinsip yang perlu diperhatikan guru dalam pembelajaran berkaitan dengan komponen bertanya diantaranya: (a) penggalian informasi lebih efektif apabila dilakukan melaui bertanya, (b) konfirmasi terhadap apa yang sudah diketahui lebih efektif melalui tanya jawab, (c) dalam rangka penambahan atau pemantapan pemahaman lebih efektif dilakukan lewat diskusi, (d) bagi guru, bertanya pada siswa mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa, (e) dalam pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk: menggali informasi, mengecek pemahaman siswa, membangkitkan respon siswa, mengetahui kadar keingintahuan siswa, mengetahui hal-hal yang diketahui siswa, memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru, membangkitkan lebih banyak pertanyaan bagi diri siswa, dan menyegarkan pengetahuan siswa. 3) Inquiry (menyelidiki, menemukan) Komponen menemukan (inquiry) merupakan kegiatan inti CTL.Â