Kenapa? Tanya saya dengan kaku.
Mas, Prita tidak akan lagi meminta cerai! Suara perempuan cantik itu lembut.
Saya menjadi terdiam, pandangan mata saya menembus lewat kaca jendela kamar ke gelap malam yang pekat, dan saya berpikir kembali, apa yang sudah dibisikkan mertua saya tadi sore di rumahnya.Â
Saya merasa menyesal mengikuti saran bisikan mautnya, untuk memperlakukan Prita sesuai dengan keinginannya.
Saya tidak akan dan tidak bisa melakukan kekerasan atas nama cinta, seperti yang telah dia lakukan kepada putrinya.
Saya harus  memutus Prita, untuk berhenti mempercayai pria yang menyakitinya hanya karena sangat mirip dengan ayahnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H