Tulisan ini menuduh, kataku dalam jiwa. Meski penasaran aku memutuskan rehat membacanya, memilih untuk melanjutkan kehidupanku sehari-hari.
Sehabis makan malam mie instan, aku mencoba menghubungi seseorang yang pernah tau tentang perempuan tersakiti.
"Apakah dia telah jadi penulis?"
"Setauku tidak? Kenapa?"
"Jika demikian apakah kamu kenal Ismawati yang penulis?"
 "Tidak mengenal!"
Dan aku belum menemukan titik terang soal novel yang kutemukan itu, lalu berniat untuk mencari tau ke toko buku besar esok hari. Aku pun pergi tidur untuk menggenapi lelaku hari.
Pagi hari ini adalah hari Minggu, sangat cocok untuk mengunjungi toko buku besar. Dan seperti keyakinanku, toko terlihat ramai pengunjung yang tampak seperti kaum terpelajar. Langsung ke tujuan, aku menanyakan apakah toko menjual novel yang kutunjukkan. Pramutoko itu memandang buku yang ku perlihatkan, lalu berjalan ke komputer pencari.
"Tidak ada pak" simpulnya."Penerbitnya sapa pak? Maaf" dia menelusuri halaman satu. "Enggak tertulis penerbitnya pak?" lanjutnya dengan wajah keheranan.
"Baiklah. Terima kasih" aku mengucap budi baik usaha anak itu, dan mencoba jalan lain yaitu mengontak kelompok penulis indi, barangkali mereka memiliki informasi dan bisa membantu. Tak lama aku menemukan kelompok ini berkat relasi yang kumiliki, dan aku berjumpa langsung dengan ketuanya yang kebetulan sama bernama Indi.
"Apakah Indi mengenalnya?" tanyaku dengan pertanyaan sama. Indi tampak teliti menyambut buku yang saya sodorkan dan memeriksa seperti ahli sejarah. Namun akhirnya dia menyerah.
"Nyerah Om, yang pasti ini bukan novel indi" jawab akhirnya.