Sementara Gondo sang putera masih tetap berjanji dan berjanji di setiap pembicaraan sarapan pagi yang  sudah menjadi seperti monolog, yang akhirnya membuat sang bunda tidak lagi kecewa berat, karena Gondo, bagaimanapun sudah berupaya memenuhi keinginan moms.Â
Mungkin mesti bersabar, meski hanya sedikit waktu mesti berjalan dan waktu memang tak memiliki kaki sehingga tak pernah tehitung jauhnya.
Sampai di satu pagi yang cerah, sepeninggal Gondo ke kantor, terdengar dentang lonceng rumah menandakan seseorang hadir didepan pintu. Moms melangkahkan kaki tuanya menyambut pintu dengan hati penuh tanya, bahwa sudah terlalu langka seseorang bertamu, apalagi semenjak kepergian sang suami yang mantan pejabat sebuah bank yang cepat dilupakan kolega.
"Pagi tante!" seraut wajah perempuan muda menyeruak ketika moms membuka pintu.
"Siapakah kisanak?" moms memandang penuh tanya bercampur curiga.
"Aku temannya Gondo tante. Betulkan ini rumahnya? Gondo suruh aku mampir kemari. Tante siapa? Mamahnya pasti. Boleh masuk tante?" Perempuan asing memberondong kata tanya sekaligus.
"Yah yah.." moms menjadi gugup, namun moms sempat terhenyak menatap seronok dandanan  nonik dihadapannya, bermake up tebal dengan harum parfum menyengat. Meski dirasanya cantik, tapi enggak gini gini juga kali dandannya? Begitu moms bergumam di hati. Meski hatinya enggan, namun dilepaskannya pula perempuan ini melenggok masuk ke ruang tamu dan mengambil duduk tanpa komando.
"Maaf, anak ini teman kantor..?" moms bertanya sedikit keras.
"Ssst.. aku sudah tahu segala ceritanya tante.." kata sang gadis sambil menempelkan telunjuk jari di bibir merah darahnya. "Aku sudah lama kenal Gondo tante, dia mengajak aku menikah. Tapi.. lama tak ku lihat sosoknya selama dua bulan ini, sampai semalam dia tiba di kafe malam memberikan alamat ini" perempuan itu melanjutkan ucapannya.
Sementara moms menatapnya dingin dan beku, membalas tatap perempuan muda itu lama, lalu meraih tangan perempuan asing itu dan memeluknya. Moms merasakan hidungnya terasuki wewangi yang selalu berkeliling diseluruh ruang rumah. Wangi yang sama yang dihirupnya dari tubuh wanita yang didekapnya. Segera moms menggamit sang nonik yang masih terheran, dan mereka berdua berjalan melangkah ke ruang sarapan pagi.
"Duduklah nona, biar ibu menyiapkan sarapan buat kamu" moms berucap lembut. Nona muda itu masih terperangah dan hanya bisa mengangguk mengiakan, sementara sang bunda menyiapkan segala rupa sarapan di meja. "Gondonya kemana tante? Kerja?" Seakan seribu tanya bermekaran di kepala nonik cantik ini. Moms menolehkan wajahnya dengan senyum seringai.