"Saudara Pedros kemana tujuan anda?" Ferguso membuka lagi tanya.Â
"Aku mencari seseorang" jawab teman baru.Â
"Seseorang, siapakah?".Â
"Seseorang yang aku cari". Mau Ferguso mendesaknya untuk lebih jelas, namun itu tidak sopan. "Dan engkau kawan, ada tujuan apakah gerangan?" Pedros balik bertanya.Â
"Aku mencari kehidupan" balas Ferguso. Sang kawan menatapnya tajam, seperti kepikiran sesuatu yang mengganggunya.Â
"Apakah kita satu tujuan, kawan?" Pedros bertanya. Kembali Ferguso menatapnya tajam sang kawan baru itu.Â
"Mungkin..mungkin juga tidak.." Ferguso sesekali menggeleng kurang yakin.Â
"Kalo demikian biar kita berjalan saja" keduanya hampir bersamaan berkata serupa. Dan kedua orang matang itu berjalan dalam diam menepiskan embun malam yang mentah dan belum terasa sejuknya. Nampak seperti tanpa kesepakatan, kedua mereka berjalan kearah sama yaitu kearah timur.
Pada akhir kelelahan berjalan, kedua generasi kolonial ini sepakat untuk beristirahat dan bermalam dibawah sebuah pohon nyaman yang rindang. Dan tanpa dikomando kedua ortu ini terlelap dalam sekejap ditelan gelap.Â
Sementara malam yang turun semakin tua, yang kadang memanggil atmosfir udara yang kurang diharapkan. Sepertinya waktu sekitar tengah malam, muncul seorang berwajah seram, terhuyung mengendap menghampiri kedua renta yang sedang bermimpi itu.Â
Tubuh seram  yang ternyata begal ini tampak menggeliat, tangannya mencengkeram lambungnya, yang terlihat darah membasah merah disekujur perutnya, nampak dia terluka hebat.Â