Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pejuang Lingkungan Ini Bernama Mukidin, Bukan Mukidi

30 Agustus 2016   13:06 Diperbarui: 30 Agustus 2016   15:29 1532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lahan Gunung Telomoyo yang menghijau (foto: dok pri)
Lahan Gunung Telomoyo yang menghijau (foto: dok pri)
Dari 22 mata air, Mukidin bersama masyarakat membaginya berdasarkan azas manfaat. Sumber di Banyu Tarung, Ringin Putih, Delik, Pucung, Kreo 1, Kreo 2, Kreo 3, Puluhan dan Situk digunakan untuk air minum. Sedangkan sumber air Ngampel, Setapruk, Baturan serta Tuk Bugel dimanfaatkan bagi pertanian. Bahkan, menurut warga air juga ada yang dikelola PDAM.

Edukasi yang dilakukan Mukidin akhirnya berbuah manis, ia yang terpilih sebagai kades di tahun 2000 lalu, sempat menduduki jabatannya selama dua periode. Kendati begitu, dirinya tetap konsisten menjaga alam. Masyarakatnya diajarkannya untuk tidak hanya mengambil keuntungan dari alam, namun mereka diberi pembekalan bahwa alam juga harus dirawat.

Undangan dari Istana untuk Mukidin (foto; dok pri)
Undangan dari Istana untuk Mukidin (foto; dok pri)
Atas segala sepak terjangnya itu, Mukidin menerima berbagai penghargaan. Mulai juara II Penggerak Kehutanan di tahun 2006, Kalpataru Jawa Tengah katagori Perintis Lingkungan Hidup tahun 2011, Juara I Konservasi Alam Tingkat Nasional tahun 2012, Juara II Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat tahun 2014, Juara I Program Kampung Iklim tingkat Nasional tahun 2014 dan puluhan penghargaan lainnya. “ Tanggal 17 Agustus 2016 lalu, saya diundang Presiden Joko Widodo untuk mengikuti upacara bendera di Istana,” tukasnya kalem.

Itulah sedikit cerita tentang Mukidin di dunia nyata, bila Mukidi yang hidup di negeri antah berantah saja mampu menghebohkan masyarakat dunia maya, sebaliknya, pria beranak satu ini tetap low profil danbersahaja tersebut, harusnya bisa menginspirasi dunia yang sebenarnya. Di sela kesibukannya mengelola usaha kopi, ia tetap konsisten memberikan edukasi tentang pentingnya menjaga ekosistem alam. Terhadap siapa pun serta di mana pun. Salam lestari! (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun