Di negeriku, selingkuh birokrasi peringkatnya di dunia nomor satu,
Di negeriku, sekongkol bisnis dan birokrasi
berterang-terang curang susah dicari tandingan,
Di negeriku anak lelaki anak perempuan, kemenakan, sepupu
dan cucu dimanja kuasa ayah, paman dan kakek
secara hancur-hancuran seujung kuku tak perlu malu,
Di negeriku komisi pembelian alat-alat berat, alat-alat ringan,
senjata, pesawat tempur, kapal selam, kedele, terigu dan
peuyeum dipotong birokrasi ....
Dengan nada yang getir, puisi itu mengajak pembaca untuk merenungkan kondisi bangsa dan mempertanyakan apakah Indonesia masih berjalan di jalur yang benar. Bagaimana jika isi puisi itu dibandingkan hari ini? Masihkah relevan?
***
Ucapan Presiden Prabowo tentang ciri negara gagal yang ditujukan kepada institusi TNI-Polri adalah sebuah wanti-wanti. TNI-Polri merupakan dua institusi negara yang menjadi perwujudan kehadiran negara dan penegakan kedaulatan. Orasi Prabowo seperti mengingatkan situasi akhir-akhir ini tentang peran kedua institusi itu yang memiliki otoritas memegang senjata dan semua itu dibiayai oleh rakyat.
Sejatinya kita dapat belajar dari apa yang telah dituliskan di dalam buku-buku tentang sejarah ketangguhan dan keberlangsungan suatu negara. di balik keprihatinan yang mendera karena ulah manusia yang berkuasa. Sengaja saya cuplik lima buku itu di antara begitu banyak buku agar kita kembali pada kearifan pikiran dan perasaan yang bersumber dari budi pekerti.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI