Mohon tunggu...
Bambang Trim
Bambang Trim Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Penulis Pro Indonesia

Pendiri Institut Penulis Pro Indonesia | Perintis sertifikasi penulis dan editor di Indonesia | Penyuka kopi dan seorang editor kopi.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Bagaimana Writerpreneur Bertahan dalam Krisis Pandemi?

5 Mei 2020   08:14 Diperbarui: 5 Mei 2020   11:47 700
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya lagi bergerilya menawarkan pelatihan berbasis kompetensi (PBK) dengan nilai Rp2 jutaan untuk durasi 20 jam pelajaran. Ini harga berat, tetapi pelatihannya juga bermuatan berat.

2. Berikhtiar Melalui Jasa Penulisan-Penerbitan

Bagaimana dengan jasa penulisan-penerbitan? Alhamdulillah ikhtiar ini juga ternyata masih dapat diandalkan.

Saya masih mendapatkannya. Saya masih menyisakan satu pekerjaan menulis dan menyunting laporan dari sebuah lembaga pemerintah sebelum corona merebak. 

Pekerjaan dari lembaga pemerintah semacam ini pun tidak lagi dapat diprediksi ketika semua lembaga/kementerian mengalami pemotongan anggaran tersebab COVID-19.

Melalui situs web yang memasarkan jasa penulisan-penerbitan, saya juga masih menerima sebuah tawaran pekerjaan menulis autobiografi. Melalui aplikasi Zoom, saya dan klien sempat berdiskusi awal dan langsung menuju pada kesepakatan. Sang klien pun mentransfer uang muka autobiografi senilai harga N-Max.

Dalam beberapa hari ini saya juga menerima pekerjaan meninjau lima buku anak sembari memberi saran penyuntingan. Satu buku dihargai sejutaan sekali meninjau. Pekerjaan dari lembaga penerbit seperti ini masih mungkin juga saya terima.

3. Berikhtiar Menjual Buku

Ini juga salah satu yang masih dapat diusahakan oleh seorang writerpreneur melalui penjualan langsung bukunya. Penjualan di toko buku fisik sudah menurun, melalui toko buku maya kemungkinan masih ada. Namun, di toko buku maya, buku kita bersaing dengan buku-buku lainnya.

Para penulis buku yang mengharapkan royalti dari hasil penjualan bukunya untuk semester ini atau akhir tahun juga bakal terancam. Penjualan fisik buku mandek di toko-toko buku karena banyak yang tutup. Karena itu, jalan yang paling mungkin adalah menjual buku secara langsung ke pembeli potensial.

Saya juga melakukannya meskipun yang membeli hanya ada 1--2 orang. Tetap ada pergerakan asalkan rajin beriklan dan menyasar para pembeli potensial. Saya hanya mengandalkan iklan di Facebook dan Instagram.

4. Berikhtiar Menawarkan Jasa Konsultansi

Saya masih memiliki satu kontrak konsultansi penerbitan sampai akhir tahun dan juga masih terlibat di kepanitiaan penilaian buku dan penyusunan regulasi di lembaga pemerintah. Honor yang saya terima masih melegakan untuk menutupi kebutuhan.

Jasa ini tentu dapat saya laksanakan karena rekam jejak dan jam terbang di dunia penulisan-penerbitan. Saya memupuknya sejak 25 tahun yang lalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun