Saya jelas tidak pernah mencantumkan gelar akademis saya, soalnya juga baru D-3 dan S-1, apa yang mau dibanggakan?
Nah, karena hal ini juga mungkin ada yang menganggap saya sentimen terhadap pencantuman gelar akademis karena saya sendiri belum S-2 apalagi S-3. Tentu bukan itu saudara-saudara alasannya. Bagaimanapun saya sudah menargetkan kembali mengambil pendidikan S-2 tahun ini dan berlanjut ke S-3. Soal gelar ini hanya soal waktu dan takdir dari Allah Swt.
***
Saya menuliskan kembali hal ini karena sempat terjadi perdebatan di media sosial. Namun, sejatinya saya tidak ingin berdebat, tetapi hanya menyampaikan informasi terkait standar dan kaidah penulisan-penerbitan buku yang diamini secara internasional.
Jika pun ada yang tidak setuju atau merasa risih, tentu memiliki cara pandang yang berbeda. Artinya, tidak perlu geregetan dengan konvensi atau aturan yang ditetapkan.
Perihal setuju dan tidak setuju kembali kepada diri masing-masing. Analoginya sama dengan kelaziman memakan bubur ayam dengan "aksesoris" berupa ayam suwir, irisan telur rebus, cakue, asinan, kacang, dan kerupuk. Namun, Anda ingin menambahkan topping jagung. Ya, tidak ada yang melarang meskipun sebagian besar penjual bubur ayam tidak menyediakannya.
Namun, analogi ini pun mungkin tidak pas benar. Apa yang pas adalah bertindak sesuai dengan pengalaman, pengertian, dan pemahaman.Â
Selamat berkreasi!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H