Bahasa yang baik  juga digunakan dalam surat-surat pribadi atau percakapan (rumpi) di media sosial untuk menimbulkan kesan akrab---bukan bahasa yang (selalu) benar.
***
Saya mengenang dulu di kelas 1 SMA (sekarang disebut kelas X) pernah mendapat nilai 5 untuk pelajaran bahasa Indonesia. Itu kali pertama seumur hidup saya mendapatkan nilai 5 dan itu pula satu-satunya nilai buruk yang menghiasi rapor saya seumur hidup. Namun, saya justru bernasib mengenyam pendidikan di bidang penyuntingan, tepatnya di Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia.Â
Alhamdulillah, saya pun mulai insaf berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Sekali-sekali saya menjadi "satpam bahasa", kali lain menjadi pengamat saat kumat.
Mengadaptasi kutipan ala seorang Joker: "Orang yang berbahasa Indonesia buruk dan salah adalah orang yang berbahasa Indonesia baik dan benar, tetapi berubah menjadi bego dalam pelajaran bahasa Indonesia."Â Sorry, just kidding. Ealah....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H