Mohon tunggu...
Bambang Syairudin
Bambang Syairudin Mohon Tunggu... Dosen - (Belajar Mendengarkan Pembacaan Puisi) yang Dibacakan tanpa Kudu Berapi-Api tanpa Kudu Memeras Hati

========================================== Bambang Syairudin (Bams), Dosen ITS ========================================== Kilas Balik 2023, Alhamdulillah PERINGKAT #1 dari ±4,7 Juta Akun Kompasiana ==========================================

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen Dilema Cahaya

13 Mei 2021   06:00 Diperbarui: 13 Mei 2021   06:02 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di luar gelap dan senyap. Kegelapan adalah kedalaman penuh misteri, melantunkan lagu gaib, menyebarkan aroma mistik. Sedangkan kesenyapan adalah nisan tua tanpa epitap; sebab ruang dan waktu seolah-olah kosong, tidak terlihat ada, tidak terukur pinggirnya tepi.

Kebisuan antara kami adalah bagian dari alam juga. Namun alam adalah bagian kecil

dari kebisuan yang maha dahsyat. Sedangkan kebisuan yang maha dahsyat itu adalah

kegelapan dan kesenyapan. Aku melihat kegelapan dan kesenyapan itu dalam bentuk

tragedi sebuah pasar, dimana Pak Tua selalu terlibat di dalamnya, sebagai saksi, sebagai pelaku, sebagai tertuduh, dan sebagai korban. Pasar bagi Pak Tua adalah masa depan, sementara isi di dalamnya adalah masa lalu. Penerangan listrik baginya adalah satu-satunya jembatan masa lalu ke masa depan yang akan menggantikan kegelapan dan kesenyapan, karena baginya masa kini sedang dalam kegelapan dan kesenyapan.

PASAR bagi Pak Tua adalah keributan abadi seperti masa lalunya ketika ia pernah hidup di masa penjajahan dulu, kemudian ia dapati tiba-tiba masa penjajahan telah berakhir; ia dapati sebuah kursi goyang yang sedang menggoyangkan usianya yang sudah uzur. Masa kini baginya adalah penjajahan dalam bentuk lain.

Kebisuan diantara kami adalah kebisuan Pak Tua dan istrinya yang selalu mengharap dan hilang harapan; yang selalu berdoa dan putus asa, karena bagi mereka, anak adalah

masa depan ! Dan, mereka tak mendapatkannya.

Tiba-tiba terdengar kegaduhan di luar, lamat-lamat kelihatan sorotan-sorotan lampu senter dari tangan-tangan mereka diarahkan ke rumah Pak Tua.

“ Itu rumah Pak Tua!”

“ Bukan, bukan yang itu, “ kata yang seorang lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun