Di luar gelap dan senyap. Kegelapan adalah kedalaman penuh misteri, melantunkan lagu gaib, menyebarkan aroma mistik. Sedangkan kesenyapan adalah nisan tua tanpa epitap; sebab ruang dan waktu seolah-olah kosong, tidak terlihat ada, tidak terukur pinggirnya tepi.
Kebisuan antara kami adalah bagian dari alam juga. Namun alam adalah bagian kecil
dari kebisuan yang maha dahsyat. Sedangkan kebisuan yang maha dahsyat itu adalah
kegelapan dan kesenyapan. Aku melihat kegelapan dan kesenyapan itu dalam bentuk
tragedi sebuah pasar, dimana Pak Tua selalu terlibat di dalamnya, sebagai saksi, sebagai pelaku, sebagai tertuduh, dan sebagai korban. Pasar bagi Pak Tua adalah masa depan, sementara isi di dalamnya adalah masa lalu. Penerangan listrik baginya adalah satu-satunya jembatan masa lalu ke masa depan yang akan menggantikan kegelapan dan kesenyapan, karena baginya masa kini sedang dalam kegelapan dan kesenyapan.
PASAR bagi Pak Tua adalah keributan abadi seperti masa lalunya ketika ia pernah hidup di masa penjajahan dulu, kemudian ia dapati tiba-tiba masa penjajahan telah berakhir; ia dapati sebuah kursi goyang yang sedang menggoyangkan usianya yang sudah uzur. Masa kini baginya adalah penjajahan dalam bentuk lain.
Kebisuan diantara kami adalah kebisuan Pak Tua dan istrinya yang selalu mengharap dan hilang harapan; yang selalu berdoa dan putus asa, karena bagi mereka, anak adalah
masa depan ! Dan, mereka tak mendapatkannya.
Tiba-tiba terdengar kegaduhan di luar, lamat-lamat kelihatan sorotan-sorotan lampu senter dari tangan-tangan mereka diarahkan ke rumah Pak Tua.
“ Itu rumah Pak Tua!”
“ Bukan, bukan yang itu, “ kata yang seorang lagi.