Ketika sudah mulai mempelajari modul ini saya mulai memahami maksud modul ini yaitu bagaimana program atau kegiatan di sekolah melibatkan murid baik dari mulai perencanaan, pelaksanaan sampai refleksi dan evaluasi.
Saya juga merasa senang karena mendapat pencerahan di modul ini, yaitu bahwa untuk menumbuhkan motivasi yang lebih besar untuk belajar dan lebih mampu menentukan tujuan belajar murid, dan murid harus dilibatkan sejak awal dalam program yang akan dilaksanakan.
Setelah mempelajari modul ini Saya jadi merasa tertantang untuk bisa menerapkan konsep ini di sekolah, semoga apa yang dipelajari tentunya sangat bermafaat untuk kejuan pendidikan di masa yang akan datang.
Selama mempelajari modul ini saya merefleksikan kembali program-program di sekolah apakah sudah melibatkan murid atau belum baik dalam perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasinya.
Hal yang mungkin masih perlu ditingkatkan adalah keterlibatan saya dalam diskusi asinkronous di LMS baik dengan rekan CGP maupun dengan Bapak Ibu Pengajar Praktik, fasilitator juga Instruktur.
INTISARI YANG DIDAPATKAN DARI MODUL INI
Modul 3.3 ini berisi tentang bagaimana mengelola program atau kegiatan di sekolah baik intrakurikuler, kokurikuler maupun ekstrakurikuler agar berdampak positif pada Murid. Sebelum menyusun program yang berdampak positif pada Murid kita harus tahu dulu konsep student agency yang dalam hal ini diterjemahkan menjadi Kepemimpinan Murid.
- Agar kita dapat menjadikan murid sebagai pemimpin bagi proses pembelajarannya sendiri, maka kita perlu memberikan kesempatan kepada murid untuk mengembangkan kapasitasnya dalam mengelola pembelajaran mereka sendiri, sehingga potensi kepemimpinannya dapat berkembang dengan baik. Peran kita sebagai pendidik adalah mendampingi murid dan mengurangi kontrol kita terhadap mereka agar pengembangan potensi kepemimpinan mereka tetap sesuai dengan kodrat, konteks dan kebutuhannya.
- Kepemimpinan murid adalah tentang murid yang bertindak secara aktif, dan membuat keputusan serta pilihan yang bertanggung jawab, daripada hanya sekedar menerima apa yang ditentukan oleh orang lain. Ketika murid menunjukkan agency dalam pembelajaran mereka sendiri, yaitu ketika mereka berperan aktif dalam memutuskan apa dan bagaimana mereka akan belajar, maka mereka cenderung menunjukkan motivasi yang lebih besar untuk belajar dan lebih mampu menentukan tujuan belajar mereka sendiri
- Melalui proses yang seperti ini, murid-murid akan secara alamiah mempelajari keterampilan belajar (belajar bagaimana belajar). Keterampilan belajar ini adalah sebuah keterampilan yang sangat penting, yang dapat dan akan mereka gunakan sepanjang hidup mereka dan bukan hanya untuk saat ini.
- Murid menjadi pemimpin dalam proses pembelajaran mereka sendiri (atau kita katakan: saat murid memiliki agency), mereka sebenarnya memiliki suara (voice), pilihan (choice ), dan kepemilikan (ownership) dalam proses pembelajaran mereka. Dengan suara, pilihan, dan kepemilikan inilah murid kemudian mengembangkan kapasitas dirinya menjadi seorang pemilik bagi proses belajarnya.
- Tugas guru sebenarnya hanya menyediakan lingkungan yang menumbuhkan budaya di mana murid memiliki suara, pilihan, dan kepemilikan dalam apa yang mereka pikirkan, niat yang mereka tetapkan, bagaimana mereka melaksanakan, dan bagaimana mereka merefleksikan tindakan mereka.
- Upaya menumbuhkembangkan kepemimpinan murid akan menyediakan kesempatan bagi murid untuk mengembangkan profil positif dirinya, yang kemudian diharapkan dapat mewujud sebagai pengejawantahan profil pelajar Pancasila dalam dirinya
- Sebagaimana padi yang hanya akan tumbuh subur pada lingkungan yang sesuai, maka kepemimpinan murid pun akan tumbuh dengan lebih subur jika sekolah dapat menyediakan lingkungan yang cocok. cocok. Lingkungan yang menumbuh kembangkan kepemimpinan murid adalah lingkungan di mana guru, sekolah, orangtua, dan komunitas secara sadar mengembangkan wellbeing atau kesejahteraan diri murid- muridnya secara optimal.
Lingkungan yang menumbuh kembangkan kepemimpinan murid akan memiliki beberapa karakteristik, di antaranya adalah:
1. Lingkungan yang menyediakan kesempatan untuk murid menggunakan pola pikir positif dan merasakan emosi yang positif.
2. Lingkungan yang mengembangkan keterampilan berinteraksi sosial secara positif, arif dan bijaksana, di mana murid akan menjunjung tinggi nilai-nilai sosial positif yang berbasis pada nilai-nilai kebajikan yang dibangun oleh sekolah.
3. Lingkungan yang melatih keterampilan yang dibutuhkan murid dalam proses pencapaian tujuan akademik maupun non- akademiknya.