Sudah hampir tiga jam Arni mengitari Mall ini. Namun ia belum membeli barang yang sudah direncanakan. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul 2 siang, itu berarti, ia hanya punya waktu dua jam lagi.
Arni sama sekali tidak berniat membuang waktu. Karena hari ini, setiap jam, setiap menit, bahkan setiap detik yang berlalu, sangat berarti baginya dan harus ia gunakan sebaik mungkin.
Bagaimana tidak, di hari sabtu seperti ini, biasanya waktunya Arni bangun siang dan bermalasan di tempat tidur. Namun sebuah pesan whatsapp masuk ke ponselnya, tepat saat ia akan menarik selimutnya kembali.
Hari ini Ibu ingin bertemu denganmu
Pesan itu dari Arya, pria yang hampir dua tahun mengisi hari-harinya. Arya memang bukan yang pertama singgah di hati dan kehidupan Arni. Tapi hanya Arya yang menunjukkan keseriusan pada Arni. Tiga kali menjalin hubungan dengan pria, semua berakhir, saat Arni menanyakan keseriusan hubungan mereka. Lalu pelan-pelan, teman prianya mundur teratur. Sampai akhirnya ia bertemu Arya.
Maka berantakan sudah rencana Arni untuk bangun siang hari ini, lalu dilanjutkan nonton Drama Korea sampai sore, lalu malamnya melahap habis novel setebal duaratus limapuluh halaman yang kemarin sore ia beli.
Semua kerena whatsapp Arya yang mendadak dan rasanya membuat jantung Arni berdebar 10 kali lebih cepat. Hari ini nasibnya akan dipertaruhkan. Dan semua itu ditentukan sebuah hadiah.
"Rin, dulu Mamanya Bimo kamu belikan apa?" tanya Arni sambil mengeringkan rambut hitam sebatas bahunya dengan handuk.
Terdengar tawa garing Rindu, sahabatnya sejak smu. "Belikan saja barang yang elegan, mahal dan berkelas. Ibu-ibu biasanya suka barang seperti itu," jawab Rindu dari ujung telepon.
"Iya, tapi apa?" tanya Arni lagi sambil melempar handuknya ke atas tempat tidur, lalu membuka lemari bajunya.