Sepanjang pelajaran pertama, aku terus mencuri-curi pandang pada Pevita. Dia itu cantik banget. Malah lebih cantik dibandingkan saat di televisi atau majalah, walau tanpa riasan wajah. Wajahnya bersih dan mulus. Rambutnya yang sepunggung, hitam dan bercahaya. Para kutu pasti suka main ayunan di rambut Pevita hehe..
"Kamu ngeliatin apa?" Pevita membuyarkan lamunanku.
Aku jadi salah tingkah. Dia pasti tahu, kalau sejak tadi aku memperhatikannya. "Eh, maaf, ya! Aku ngeliatin kamu terus. Abis kamu cantik banget," pujiku tulus setengah berbisik. Takut kedengaran Bu Mulasih yang sedang menerangkan rumus matematika.
Pevita memamerkan senyum manisnya lagi. "Terima kasih. Kamu orang keduaratus satu yang ngomong gitu. Jadi kamu nggak dapat gelas atau piring cantik," ujar Pevita.
Tanpa sadar aku tertawa terbahak. Tentu saja seisi kelas langsung menatap padaku. Buru-buru aku menutup mulutku dengan kedua tangan.
"Kamu kenapa Rena?" tanya Bu Mulasih.
"Maaf, Bu!" jawabku.
Aduh.. wajahku langsung panas menahan malu. Saat aku lirik pevita, dia senyum-senyum saja. Tapi aku tidak marah. Justru aku makin kagum padanya. Pevita itu Sudah cantik, terkenal, suka becanda lagi.
Tengtengteng.. bel tanda waktu istirahat berbunyi.
"Ke kantin, yuk!" ajak Pevita.
"Kamu mau makan apa? Di kantin cuma ada bakso dan gorengan," jawabku. Pevita pasti nggak doyan makanan seperti itu. Dia kan selebritis.