Mohon tunggu...
Bambang Suwarno
Bambang Suwarno Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Mencintai Tuhan & sesama. Salah satunya lewat untaian kata-kata.

Pendeta Gereja Baptis Indonesia - Palangkaraya Alamat Rumah: Jl. Raden Saleh III /02, Palangkaraya No. HP = 081349180040

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Malaikatku, Pencabik Cintaku

8 Mei 2021   08:47 Diperbarui: 8 Mei 2021   08:49 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tanteku memang malaikatku. Dialah yang berjasa besar menyiapkan masa depanku. Sejak masuk SMP, tepatnya sejak aku berstatus yatim piatu, aku tinggal bersamanya. Artinya, dialah yang menghidupiku sampai sekarang ini. Bukan hanya sekadar menghidupiku saja. Tapi beliaulah yang membiayai penuh sekolah dan kuliahku. Bahkan sebulan yang lalu, beliau sendirilah yang mendampingiku dalam wisuda Sarjana Hukumku. Pendeknya, beliau sudah menganggapku sebagai putri kandungnya sendiri.

Maka wajiblah aku menghormati dan mematuhinya. Maka wajarlah, kalau kemudian aku menjadi sangat mengagumi, mempercayai  dan membanggakannya. Maka sudah seharusnya, jika aku akan membelanya mati-matian terhadap setiap upaya yang akan mencemarkan nama baiknya. Apalagi yang akan melakukan  character assassination terhadapnya. Akulah orang pertama yang akan menghadapinya.

Masak tanteku dicurigai telah membajak tunanganku sendiri? Masak malaikatku yang cantik dan cerdas itu tega menghancur-leburkan cintaku? Masak pahlawan hidupku itu, kini akan merontokkan mimpi dan masa depanku?  Akh, tidak, tidak dan tidak mungkin!

"Yang menuduh tantemu seperti itu siapa?" tanya Tanty saat kucurhati soal itu di rumahnya. Tanty adalah teman kuliah yang selama ini paling dekat denganku.

"Maya, kakak sepupuku sendiri..."

"Apa dia punya bukti-bukti valid yang mendukung tuduhannya itu?"

"Tidak punya bukti satu pun...."

"Lantas apa dasarnya....?"

"Dasarnya ya cuma feeling-nya dia saja..."

"Ya nggak bisa seperti itu, dong!" sahut Tanti seperti tak terima, "Itu soal trust dan harga diri. Itu soal yang sensitif banget. Jadi ya gak boleh cuma main feeling saja!"

"Sebenernya Kak Maya sampaikan feeling-nya itu sudah yang ketiga kalinya," tambahku, sambil nyeruput kopi panas yang dihidangkannya padaku, "Pertama,enam bulan yang lalu. Kedua, tiga bulan berikutnya. Dan yang ketiga, tadi pagi via chat di WA-nya."

"Penyampaian feeling-nya itu kan pasti ada penjelasannya to, Neng? Apa saja coba?" kejar Tanty seraya mendekatkan posisi duduknya ke arahku.

Langsung saja kujelaskan kepadanya. Pertama, Kak Maya merasa bahwa hubunganku dengan Donny akan kandas di tengah jalan. Sebab itu, ia memintaku untuk menjaga jarak saja darinya. Juga agar aku sudah siap mental untuk hadapi kemungkinan terburuk.

Kedua, katanya ia mulai menangkap gelagat mencurigakan antara Donny dengan Tante Asti. Menurutnya, ada gestur dan tatapan mata yang tak wajar pada keduanya, saat mereka saling berpandangan. Artinya, telah terjadi sesuatu yang khusus atas keduanya.

Namun aku tak mempercayainya.  Malah sebulan berikutnya,  kutingkatkan hubungan kami dengan pertunangan. Kak Maya agak marah terhadap keputusanku itu. Sebagai protes, ia tak mau hadir dalam acara pertunanganku.

"Lalu intuisi miring Kak Maya yang ketiga soal apa?" kejar Tanty penasaran.

"Justru yang ketiga inilah yang paling irasional dan menggelikan banget. Dalam chat di WA-nya tadi pagi, ia menduga kuat bahwa aku akan mengalami seperti yang dialami oleh Jiang Ping...."

"Jiang Ping itu siapa?" buru Tanty.

"Jiang Ping adalah artis Taiwan yang menceraikan suaminya. Sekaligus bermusuhan dengan ibunya sendiri. Penyebabnya karena telah terjadi perselingkuhan antara suami dengan ibunya sendiri...."

"Okelah itu urusan Jiang Ping sendiri. Tapi apa korelasinya denganmu, Donny dan Tante Astimu...?"

"Menurut Kak Maya, sudah suami istri saja bisa berselingkuh. Lebih-lebih yang masih bertunangan. Kalau ibu kandung sendiri saja bisa jadi pelakor, apalagi cuma sebagai tante. Dalam konteksku, potensi terjadinya affair itu jauh lebih besar, katanya."

"Sebentar...sebentar! Sekarang gue mau ajuin beberapa pertanyaan pada eloe. Maapin sebelumnya, kalau gue jadi ikutan kepo."

"Mau nanya apa?"

"Selisih umur loe dengan Donny itu berapa?"

"Aku 23 tahun, Donny 35 tahun. Jadi ia 12 tahun lebih tua dariku."

"Terus Tante Asti sekarang berapa usianya?"

"Beliau sekitar 38 tahun. Tapi karena ia cantik dan charming, maka ia tampak 5 tahun lebih muda dari umurnya."

"Bener banget! Meski tante loe sudah janda, tapi di mata semua yang belum tahu, pasti akan nyangka sebagai gadis dewasa saja...."

Tanty tak meneruskan bicaranya. Dia malah kulihat ambil nafas dalam-dalam. Matanya menatap dinding lekat-lekat, seraya mengangguk-anggukkan kepala beberapa saat lamanya. Suasana jadi membeku.

"Ngapain loe jadi diem? Apa lagi yang loe tanyain...?" tanyaku menyibak kebekuan.

"Tiba-tiba gue jadi agak paham akan kecurigaan dan intuisi kakak sepupumu..."

"Loe sepaham dengan feeling Kak Maya?"

"Maapin gue ya, Non! Gue selama ini, paling gak suka main feeling atau intuisi dalam menilai orang. Loe tahu kan kalau gue itu rasional? Tapi dari faktor umur saja. Gap umur loe dengan Donny, itu cukup lebar. Yaitu 12 tahun. Sementara selisih umur Donny dengan Tante Asti cuma 3 tahun. Secara psikologis, pada umumnya orang akan lebih gampang klop, nyambung dan nyaman bergaul dengan yang sebayanya. Atau yang tak beda jauh umurnya...."

"Jadi eloe nyurigain juga, kalau Donny dengan Tante ada affair?" sergahku emosional, "Ingat Tanty, Kak Donny itu bukan pria yang seperti itu. Apalagi Tante Asti. Beliau itu selain cantik parasnya, juga sangat mulia hatinya. Beliau itu malaikatku! Beliaulah yang diutus Tuhan untuk jadi penolongku. Jadi gak mungkinlah jika mereka sampai lakukan kejahatan cinta yang serendah itu...."

"Nanti dulu Sobat! Bukan begitu maksudku....." sela Tanty meredamku. Tapi aku sudah tak menggubrisnya. Aku langsung cabut meninggalkan rumahnya. Aku tak terima banget dengan penghinaannya atas kedua orangyang sangat kucintai itu. Maya dan Tanty ternyata sama saja.

***

Atas undangan syukuran ultah Lany, malam ini aku meluncur ke sebuah pondok sate yang cukup terkenal di kotaku.  Pondok sate ini hampir selalu ramai pembelinya.  Selain menu satenya yang bervariasi, juga tempatnya yang lumayan nyaman. Karena mereka punya 7 buah gazebo kecil ditambah sebuah pendopo yang berkapasitas 7 set meja makan.

"Lho, yang lain mana, Teh? Kirain aku yang dateng terakhir." Tanyaku padanya.

"Kamu memang undangan yang terakhir dateng, tapi sekaligus yang pertama...."

"Haah...... yang terakhir sekaligus yang pertama? Maksudnya.....?"

Lany lalu menjelaskan, bahwa ia memang sengaja hanya mengundangku saja. Pertama, ia pengin aku mendoakannya di hari ultahnya ini. Kedua, Lany pengin curhat padaku. Ketiga, untuk kangen-kangenan saja, setelah hampir setengah tahun tak ketemuan.

"Trims banyak ya, Teh! Aku sudah puas makan sekarang. Juga sudah ngedoain Teteh. Sebenernya ini lucu. Karena idealnya, Tetehlah yang ngedoain aku yang lebih muda ini...."

"Ya, enggak kudu begitu dong! Meski kamu lebih muda dariku, tapi faktanya kamu kan lebih rohani? Jadi doamu pasti lebih efficacious alias mustajab......."

Selanjutnya, bagai bendungan jebol, Lany langsung saja mencurahkan isi hatinya. Intinya, kini ia lagi limbung, terluka dan terhina. Karena Edy, tunangannya, telah mengingkari komitmennya. Ia tiba-tiba memutus sepihak tali pertunangannya. Padahal rencananya, 5 bulan lagi mereka akan menikah.

Yang lebih menohok hati Lany ialah fakta, bahwa sekarang Edy ternyata berpacaran dengan mantan pramusajinya. Dan itu didemonstrasikan sedemikian rupa agar semua orang tahu.

"Dengan pramusaji Teteh sendiri...? Siapa dia...?"

"Si Watie..." jawabnya pendek.

"Si Watie yang bahenol itu? Pantesan Edy kesengsem. Makanya, cari pegawai itu jangan yang bening-bening gitu!"

"Lho, itu kan strategi bisnisku? Kafeku laris manis seperti itu, ya karena daya tarik para pegawaiku. Aku gak nyalahin si Watie. Yang nyebelin ya ke-matakeranjang-an Edy itu. Pantesan, seminggu sebelum Edy mutusin pertunangannya, Watie minta resign dari kafeku."

"Itu pasti nyebelin dan nyakitin hati banget. Tapi kalau dilihat dari sudut lain, kita bisa ubah sakit hati itu menjadi ucapan syukur. Maksudku,  untung putusnya masih di pertunangan. Coba kalau sudah jadi suami-istri. Apa Teteh enggak tambah puyeng?" kataku coba meredam kegalauannya.

"Bener! Tapi aku sudah ikhlas kok. Aku malah bersyukur sudah terbebas dari Edy 'si bajul cinta' itu. Cuma ada satu yang bener-bener menggelikan..."

Disebut menggelikan, karena alasan pemutusannya mengada-ada banget. Edy justru mengklaim bahwa penyebab putusnya pertunangannya itu akibat kesalahan Lany sendiri.

"Teteh yang justru disalahin?  Soal apa?"

"Aku dianggap gak mampu meyakinkannya tentang Ketuhanan Kristus. Jadi mending ia kembali saja ke keyakinan lamanya. Konsekuensinya, ya putus saja......"

"Maaf, Teh! Aku kok belum ngeh. Sebenernya, persoalannya itu apa sih?" kejarku kepo.

Menurut Lany, dulu ia mau menerima cinta Edy karena cowok itu mau jadi pengikut Kristus. Memang Edy minta agar Lany mau menolongnya. Sewaktu-waktu ia tanya tentang pribadi Yesus Kristus, Lany harus siap memberi penjelasannya.

"Aku sendiri kan kurang fasih ngejelasinnya. Tapi sebagai gantinya, kuberikan padanya Alkitab dan beberapa buku. Nyatanya, selama 2 tahun berikutnya, semuanya berjalan baik-baik saja. Ia sudah mau juga ke gereja. Bahkan ia sudah juga dibaptiskan 5 bulan yang lalu. Makanya, aku siap ketika Edy mengajakku bertunangan."

"Tapi sebulan sebelum mutusin pertunangannya, tiba-tiba ia menjadi aneh banget," imbuh Lany, "Tiba-tiba ia terus mencecarku dengan beberapa pertanyaan sulit tentang Tuhan Yesus. Sebisaku, kujawab semua pertanyaannya. Tentu yang sesuai dengan Kitab Suci. Tapi Edy gak puas dengan penjelasanku. Lalu supaya puas, ia kuajak bertanya ke pendeta. Tapi ia keberatan. Itu kan aneh?"

"Apa saja sih yang ditanyakan kepada Teteh?" tanyaku penasaran.

"Ada sekitar sepuluh pertanyaan. Rata-rata memang pertanyaan yang berat-berat. Yang kuingat salah satunya ialah: apa dasarnya Yesus Kristus kok disebut Raja. Kerajaan mana di dunia ini yang pernah dipimpin-Nya? Kujawab saja, kerajaan-Nya adalah Kerajaan Surga."

"Sebenernya jawaban Teteh sudah benar. Kerajaan-Nya memang bukan kerajaan yang fana di muka bumi ini. Namun Kerajaan Kekal di Surga. Makanya Ia disebut sebagai The King of Kings. Sejak bayi pun, para Majus sudah datang dan menyembah-Nya sebagai raja Yahudi. Raja Herodes pun mempercayainya. Bedanya ia tidak menyembah, tapi mau membunuh-Nya. Salah seorang penjahat yang disalib bersama-Nya, akhirnya bertobat dan mempercayai Yesus sebagai Raja. Bahkan Pontius Pilatus memerintahkan memasang label di tiang salib yang bertuliskan -- INRI (Iesus Nazarenus, Rex Iudaeorum) yang berarti  Yesus dari Nazaret, Raja  orang Yahudi." Jelasku meneguhkan pemahaman Lany.

"Yes, aku jadi ingat! Malaikat pun pernah berkata kepada Maria, bahwa Yesus yang akan dikandung dan dilahirkannya itu adalah  seorang raja, yang Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan alias kekal (Lukas 1:30-33)." Tambah Lany.

"Betul banget, Teh! Sudah lupain saja dia! Kan masih bejibun cowok yang bener-bener cinta Yesus?" bisikku menghibur sambil merangkulnya.

***

"Manis!" kata Tante padaku, sehabis kami makan siang. Ia selalu memanggilku dengan sebutan Manis, meski itu bukan namaku.

"Ya, Tante.....ada apa Tante?"

"Bagaimana hubunganmu dengan Donny? Apa kalian baik-baik saja?"

"Puji Tuhan, baik-baik saja, Tante!" jawabku datar saja. Tapi setelah menjawabnya, tiba-tiba ada sesuatu yang mengalir dan berdesir di hatiku.

"Sebelumnya jangan marah ya, sayang. Aku merasa, sebenernya Donny tidak cocok untukmu...."

"Nggak cocok bagaimana Tante?" sahutku kaget.

"Karena ini masalah hati, aku sulit untuk menjelaskannya....." jawab tante sambil menatapku lekat-lekat. Lalu ia mendekatiku dan memelukku.

"Memang ini pasti ngagetin dan nyedihin hatimu. Tapi ini harus kukatakan padamu, sayang....."

"Bener, saya belum ngerti maksud Tante."

"Karena menurutku kamu tak cocok dengannya, maka aku akan menolongmu untuk carikan penggantinya. Yaitu seorang cowok yang jauh lebih pas untukmu...."

"Saya harap Tante tidak sedang bercanda atau menggoda saya...."

"Suer, aku tidak bercanda. Tante bicara serius sayang...."

"............................" Aku mendadak speechless, bingung dan cemas.

"Manis," ujar Tante Asti lirih, "maukah kamu menolong Tantemu ini?"

"Saya pasti sangat mau Tante! Selama ini, Tantelah yang paling berjasa bagi saya. Tantelah satu-satunya pribadi yang telah sepuluh tahun ini menyelamatkan hidup saya. Jadi kalau sekarang ini, Tante mau minta pertolongan saya, pastilah dengan sekuat tenaga akan saya penuhi..."

"Hidupmu pasti masih lebih panjang ketimbang hidupku.......maukah kamu melepas Donny....?" lirih kalimat itu diucapkannya.

"Melepas Kak Donny? Maksudnya?" kali ini aku benar-benar merasa gemetaran pada sekujur jiwa ragaku.

"Ya, melepasnya........ untuk....... menjadi........ pendamping Tantemu yang jahat ini...."

==000==

Bambang Suwarno-Palangkaraya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun