"Kalau Alba memang mau, ayah pun mau juga!" jaminku. Sontak anak remajaku itu menghambur kepadaku dan merangkulku.
***
Di luar sepengetahuanku, ternyata diam-diam beberapa hari ini, Alba gerak cepat merayu ibu gurunya. Menurut laporannya, hasilnya sangat memuaskan hatinya. Sekarang, gong terakhirnya terletak pada keputusanku.
"Kok bisa seperti itu, gimana ceritanya?" tanyaku kepo berat.
"Pertama, kutanya dulu pada beliau. Kalau beliau pengin punya anak, yang diinginkannya anak yang seperti apa? Jawabnya, beliau pengin punya anak yang seperti aku." jawabnya bangga.
"Kemudian beliau bertanya balik padaku, kalau aku pengin mama baru, aku pengin mama yang seperti siapa? Ya, langsung saja kujawab, bahwa aku pengin punya mama baru yang seperti beliau." Tambah Alba bersemangat.
"Terus....terus gimana lagi?"
"Kok terus, terus...? Ya, Ayah dong yang nerusinnya! Aku kan sudah mau, andai beliau jadi mama baruku? Beliau pun pengin juga punya anak sepertiku. Jadi sekarang, giliran Ayah dong yang memfinalisasinya!"
Alba sudah membuka jalan bagi cinta lamaku untuk bersemi kembali. Astuti pun sudah membuka lebar-lebar pintu hatinya. Bodoh banget, kalau aku sampai mengabaikannya. Karenanya, peluang emas ini harus segera kuambil.
Dalam hati, tak habis-habisnya aku memuji perjuangan mulia Alba. Dia benar-benar matchmaker sejatiku!
Â