***
Selepas menghadiri resepsi perkawinannya Dwiki dan Desi, Matius mengajakku ke sebuah kedai kopi. Ia mengajakku ngopi sambil ngobrol-ngobrol santai di hari libur ini. Seperti mobil, hidup tak harus 'tancap gas' terus, katanya. Relaksasi batin seperti ini harus dilakukan juga. Tak perlu yang mahal-mahal. Yang penting ada kenyamanan dan gairah yang ditimbulkannya.
"Teman-teman kita, satu persatu sudah menikah. Kamu sendiri kapan?" tanyaku.
"Nunggu kelarnya kuliah Rasti?"
"Kudengar dia sudah mau kauajak ke gereja ya?"
"Bener! Malah ia sudah ikut Kelas Persiapan Baptisan. Dua bulan lagi, Rasti akan dibaptis." Jawabnya bangga.
"Wah bagus banget itu! Tapi ngomong-ngomong  apa sudah diijinin oleh kedua ortunya?"
"Babenya kan sudah meninggal setahun yang lalu? Setelah itu, aku baru jadian sama Rasti. Â Dan ketika minta ijin untuk mengajaknya ke gereja, emaknya mengijininya."
"Lebih bagus lagi, kalau Emaknya mau juga ke gereja. Sebenernya, sekarang ini sedang terjadi kehausan spiritual global. Dunia sudah capek terhadap hipokritisme, kepalsuan, kejahatan, kebencian dan pertikaian. Dunia damba banget akan kasih sejati dari Tuhan sejati."
"Rencanaku pas pembaptisannya Rasti, Emaknya akan kumohon untuk mendampinginya ke gereja. Doain ya Bro!" Â pinta Matius.
"Really, that's a great idea! Pasti akan kudukung dalam doa!" janjiku bergairah.