Mohon tunggu...
Bambang Suwarno
Bambang Suwarno Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Mencintai Tuhan & sesama. Salah satunya lewat untaian kata-kata.

Pendeta Gereja Baptis Indonesia - Palangkaraya Alamat Rumah: Jl. Raden Saleh III /02, Palangkaraya No. HP = 081349180040

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Gadis "Out of The Box"

7 April 2021   11:49 Diperbarui: 7 April 2021   12:15 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Cintya Palupi sudah mengetokkan palu cintanya. Dengan kesadaran penuh, ia baru saja menerima Puguh Arifianto sebagai kekasihnya. Namun oleh berbagai pihak, keputusannya itu dianggap sebagai keputusan yang kontroversial.

Oleh beberapa sepupunya, gadis cantik itu dianggap telah melakukan blunder yang sama sekali kontraproduktif. Menghinakan dirinya sendiri. Bahkan mencoreng dignity atau marwah keluarga besarnya sendiri.

Belum lagi komentar-komentar sinis nan tajam yang dilontarkan oleh para temannya. Baik teman tetangga, teman kampus mau pun teman gereja. Berikut beberapa contohnya:

"Meski ana gak secantik dan sepinter dia, tapi ana kagak sampai sekonyol dia!"

"Itu bukan saja absurd, tapi dungu dan gila..."

"Dia memang pinter, tapi sudah keblinger..."

"Keblinger itu apa sih, Non?"

"Keblinger itu sesat! Gimana nggak sesat? Orang ditaksir cowok-cowok tajir, kok malah pilih yang gembel..."

"Istilah kerennya, itu logical fallacy, Mpok!"

"Apa pun istilahnya, yang jelas ia sedang menggali kubangan penyesalan bagi dirinya sendiri..."

"Bener, aye setuju! Tya emang lagi ngeredupin masa depannya sendiri..."

"Sebenernya, apa sih yang bisa diharapin dari si Puguh itu?"

"Tya itu cuma berlagak sok solider dan sok egaliter saja."

Beruntungnya, selain celotehan saskartis seperti itu, ada juga komentar yang membela Cintya. Yaitu dari teman-teman yang memahami dirinya.

"Dia mau terima Puguh, karena cowok itu sudah memenuhi tiga syarat yang ditetapkannya. Yaitu, seiman, cerdas dan baik kepribadiannya."

"Kupikir, keputusan Cintya wajar-wajar saja kok. Ngapain harus dipersoalkan?"

"Sekarang ini Puguh memang belum apa-apa. Hidupnya masih sederhana. Tapi dia punya potensi besar untuk menjadi orang yang sukses."

"Itulah bijaknya Cintya. Ia lebih melihat kemana seseorang itu menuju. Bukan dari mana ia berasal. Artinya, ia lebih mengarahkan pandangannya ke depan. Bukan menoleh ke belakang melulu."

"Bagus itu! Sebab kalau suka noleh kebelakang, lama-lama bisa terkena tortikolis...."

"Aku yakin, sebelum nerima cintanya Puguh, pasti Tya sudah lebih dulu dapet acc dari ortunya. Artinya, bokap dan nyokapnya sudah merestuinya."

"Menurut ane, dia itu tipe gadis yang cara berpikirnya out of the box."

"Wow...! Gua sudah sering dengar istilah itu, Teh. Tapi apa sih artinya?"

"Berpikir dengan perspektif yang baru. Di luar yang biasa dipikirkan orang pada umumnya. Berani berbeda dalam berpikir dan bersikap. Atau berani tampil beda."

***

Malam ini, Cintya mengadakan dinner party terbatas di sebuah resto yang terletak di dekat rumahnya. Ayah, ibu dan kedua adiknya hadir sebagai keluarga pengundang. Sedang yang diundang adalah teman gereja, teman kampus dan tetangga, masing-masing 5 orang. Lalu mengundang juga Bapak dan Ibu Pendetanya. Ditambah Andy, Bagus dan Peter ( 3 cowok yang pernah naksir Cintya). Dan tentu saja Puguh Arifianto.

"Pak Pendeta dan Ibu yang saya hormati! Ayah dan Bunda yang saya cintai! Dan semua teman-teman yang saya banggakan! Pertama-tama saya mengucapkan banyak terima kasih atas kehadiran Panjenengan semua memenuhi undangan kami." Cintya membuka sambutannya.

"Acara saya malam ini adalah syukuran sederhana atas telah terbitnya Buku Kumpulan Cerpen  saya. Dalam dua setengah tahun ini, saya memang suka menulis di Kompasiana. Sampai hari ini jumlahnya mencapai hampir 200 judul artikel. Terdiri dari beragam kategori tulisan. Ada ulasan politik, sosbud dan tulisan motivasi. Ada karya fiksi berupa puisi dan cerpen. Ada juga artikel tentang sepakbola. Namun yang paling banyak adalah yang berbentuk cerpen. Dari situ, saya pilih 15 judul cerpen untuk saya terbitkan dalam sebuah buku."

Cintya membeberkan juga alasan kenapa dirinya lebih senang menulis cerpen. Menurutnya, dalam cerpen ia mendapat banyak kebebasan. Bebas menyuarakan opini dan pesan-pesannya. Bebas mengklarifikasi, mengedukasi, menegur dan mengkritisi. Bebas menggunakan gaya bahasa apa pun. Tanpa terkungkung oleh rambu-rambu atau kaidah-kaidah kebahasaan tertentu. Namun disampaikannya lewat kemasan cerita yang menghibur. Sehingga jauh dari kesan menggurui atau mengkhotbahi.

"Bapak, Ibu dan Saudara-Saudariku yang terkasih!" lanjut Cintya, "Buku Kumcer saya ini, bukan berisi cerpen-cerpen biasa. Atau yang cuma bicara tentang urusan manusia yang satu dengan manusia yang lainnya. Bukan hanya itu! Melainkan bicara juga tentang urusan manusia dengan Tuhannya. Tentang urusan pribadi para tokohnya dengan Yesus Kristus."

"Kenapa saya harus mengkaitkannya dengan Yesus Kristus? Karena Yesus adalah tokoh yang paling kontroversial di jagad raya ini. Dialah satu-satunya pribadi yang paling banyak diperdebatkan, disalahfahami dan dihujat oleh banyak orang. Namun Dialah juga yang paling banyak dikagumi, ditaati, dipuja dan dicinta oleh banyak orang. Bahkan jumlah pengikut-Nya dan penyembah-Nya, saat ini adalah yang paling besar di muka bumi ini. This fact correct, dan tak terbantahkan! "

"Dalam buku "Christ The Controversialist", John Stott, pendeta, rektor dan penulis hebat Inggris itu menggambarkan kontroversialitas Kristus dengan sangat baik. Berangkat dari semua itu, saya pun terpanggil untuk menjelasan pribadi Kristus yang incomparable itu kepada para pembaca cerpen saya. Tentu saja rujukan utamanya adalah Kitab Suci."

"Namun karena formatnya cerpen, maka deskripsinya kurang sistematis. Tapi cerpen yang satu dengan yang lainnya saling melengkapi. Sebab itu, buku ini semestinya menjadi bacaan wajib yang menyenangkan," pungkas Cintya sambil tersenyum.

Lalu sebelum mengajak semua hadirin menikmati menu masakan yang terhidang, gadis cantik itu memohon kepada Pendeta Gembala Sidangnya untuk mendoakannya. Terutama doa buat Buku Kumpulan Cerpennya. Agar nantinya bisa menghibur dan menjadi berkat bagi setiap pembacanya.

"Sebelum kita berdoa, saya akan sampaikan sedikit komentar saya. Pertama, saya sangat mengapresiasi karya intelektual Neng Cintya ini," ucap Pak Pendeta sambil mengangkat buku kumcer tersebut.

"Saya memang baru sempat membaca beberapa judul cerpen saja. Tapi buku ini menurut saya sangat bagus. Dalam arti -- ringan , menghibur, praktis tapi penting. Ringan karena memakai bahasa populer yang familiar. Menghibur karena kisah-kisah yang diangkatnya cukup menarik. Cocok banget untuk kawula muda dan para emak-emak milenial. Praktis,  karena tidak tebal dan mudah dibawa ke mana-mana. Bisa dibaca di mana saja dan kapan saja. Misalnya di ruang tunggu, di atas bus, di caf, di bandara dan yang lainnya."

"Lalu pentingnya di mana? Penting karena kristologi yang dimunculkannya alkitabiah. Selaras dengan ajaran gereja segala aliran dan segala zaman.  Sehingga pembacanya tidak akan gampang disesatkan oleh para heresi yang terus bergentayangan. Bagi yang masih bingung terhadap keilahian Yesus Kristus, dalam ukuran tertentu, buku ini bisa memberikan masukan biblikal yang berharga."

***

Siang ini Cintya menerima kedatangan Nina di rumahnya. Nina adalah teman kuliahnya yang lusa kemarin ikut diundang ke acara syukuran kecilnya.

"Acaramu kemarin itu asyik juga loh...." Puji Nina.

"Oh iya?"

"Asyiknya, karena kamu bisa hadirkan tiga cowok yang sedang bersaing keras memperebutkanmu. Tapi kemarin itu aroma kompetisinya sama sekali gak terasa. Malah tampaknya mereka kompak-kompak saja."

"Oh iya?"

"Kan Andy, Bagus dan Peter duduknya semeja? Ketawa-ketiwi bareng lagi. Tapi sebenernya yang kamu pilih itu siapa, sih?" tanya Nina kepo.

"Gak ada yang kupilih...., mereka kuajak sahabatan saja. Makanya ketika kuundang, mereka dateng semuanya."

"Haah mereka mau kamu jadiin sahabat saja? Ini bener-bener aneh bin langka, Non! Biasanya, kalau cintanya gak sampai, yang tersisa cuma kecewa berat, bahkan benci."

"Awalnya mungkin kecewa juga. Tapi faktanya kan mereka semua hadir? Itu tanda, bahwa mereka adalah cowok-cowok yang sudah dewasa."

Lalu tanpa tedeng aling-aling lagi, Nina meminta tolong Cintya untuk memperkenalkannya dengan para cowok tersebut. Mumpung saat ini dirinya sedang kosong, alias bebas pacar. Siapa tahu salah satu dari mereka nantinya bisa berjodoh dengannya, pikirnya. Cintya pun siap membantunya.

Bersamaan dengan itu, ada panggilan telepon masuk ke hape Cintya. Ternyata dari Dini, teman segerejanya. Yang lusa kemarin juga diundang dan hadir dalam acara syukuran kecilnya. Maka langsung saja Dini menyampaikan tujuannya menelepon.

Kalau memang Cintya tak bisa menerima salah satu dari ketiga cowok yang menaksirnya, dirinya siap menerimanya. Tapi Cintya dimintanya menjadi fasilitatornya. Artinya, keinginannya sama seperti keinginan Nina, meski diungkapkan dengan bahasa dan gaya yang berbeda.

"Oke, nanti kukenalin! Nanti kita atur waktu dan tekniknya. Tapi maaf, sekarang ditutup dulu ya? Soalnya aku lagi ada tamu...."

"Rupanya ada yang ngikutin jejakku ya?" sela Nina sambil mesem.

"Bener! Para princess ini lagi pada mendaulatku untuk carikan pangerannya."

"Gak apa-apa, jadi matchmaker itu pahalanya gede lho, Non!" timpal Nina.

Sejurus kemudian ada kekurangpahaman yang menyelinap ke benak Nina. Ia tiba-tiba berpikir tentang Cintya. Kenapa temannya itu tidak mau menerima cintanya Andy atau Bagus atau Peter? Padahal mereka semua adalah pemuda yang seiman, cukup cerdas dan ber-attitude baik. Rata-rata ganteng lagi.

Apa dia belum yakin betul akan kesungguhan cinta mereka? Apa kedua ortunya tidak mau memberikan approval-nya? Atau apa Tya sudah menjatuhkan pilihannya ke lain hati? Kalau sudah, siapakah pemuda yang beruntung itu?

"Namanya Puguh Arifianto." Jawab Tya kalem.

"Puguh? Puguh siapa? Kok namanya sama dengan nama sopirmu?"

"Memang dia orangnya!"

"Haah si Puguh itu.....?" tukas Nina dengan dahi yang mengernyit dan mata yang terbelalak.

"Kaget dan bingung ya Mpok? Makanya don't judge a book by its cover!"

"Maaf, aku enggak ngremehinnya. Cuma enggak nyangka saja," jelas Nina, "Tapi aku percaya kok, kamu pasti punya alasan yang reasonable. Boleh diceritain, biar aku enggak berspekulasi macem-macem?"

Langsung saja Cintya menjelaskannya. Dalam beberapa hal Puguh punya kesamaan dengan Andy, Bagus mau pun Peter. Yaitu, sama-sama seiman, pintar dan baik hati. Bedanya, mereka dari keluarga yang berada, sedang Puguh dari keluarga sederhana. Untuk membiayai kuliahnya saja, ia harus bekerja sebagai sopir pribadi keluarga ayahnya Cintya. Dan itu sampai mengantarnya menjadi seorang sarjana arsitektur....

"Maaf kupotong dulu! Apa sampai sekarang dia masih jadi sopir Bokapmu?"

"Ya enggaklah! Sejak di wisuda 3 bulan lalu, Puguh sudah resign," jawab Tya, "Semangat belajar dan daya juangnya yang tinggi itulah, yang tidak kulihat pada diri si Andy, Bagus mau pun Peter. Dan yang paling merekatkan hubunganku dengannya, ialah fakta bahwa ia adalah teman diskusiku yang baik."

"Biasanya ngobrol tentang apa saja?"

"Selama ini, diskusi kami memang fokus soal doktrin fundamental Kristen. Terutama tentang ke-Tuhan-an dan ke-Allah-an Yesus Kristus. Dan harap kamu tahu, bahwa hasil obrolan Kristologisku dengan Puguh itu, banyak yang kumasukkan dalam Buku Kumcerku. Makanya baca dulu buku itu!"

"Aku sudah baca 7 judul cerpenmu. Sebelum baca, aku memang ada sedikit kuatir. Kuatir kalau kamu ngelantur dan ngaco kayak Dan Brown dengan The Da Vinci Code-nya itu. Tapi nyatanya tulisanmu jujur dan masih sesuai dengan standar ortodoksi. Jadi aku seneng membacanya."

"Ya sori aja Sis! Jangan samain aku dengan si penghujat itu! Dia itu telah mengkhianati hati nuraninya dan intelektualitasnya sendiri, demi sensasi dan fulus saja. Kalau tidak bertobat, dia akan lebih celaka ketimbang Yudas Iskariot. Karena sebelum bunuh diri, Yudas masih bisa menyesali dirinya sendiri. Apa Dan Brown akan menyesalinya juga?"

"Kalau gak mau tobat, novelis lancung itu sedang mempercepat langkahnya sendiri  menuju neraka."  Komentar Nina ini diaminkan oleh Cintya dengan mengacungkan jempolnya.

"Sekarang kembali ke soal Puguh. Sejak kapan ia tertarik padamu?"

"Persisnya aku gak tahu. Tapi yang jelas baru saja 3 bulan yang lalu, Puguh ungkapin cintanya padaku. Yaitu setelah ia sukses gapai gelar sarjananya." Jawab Tya apa adanya.

"Maaf dulu ya Non! Kulihat Puguh itu punya bakat besar untuk naklukin hati atasannya. Dia itu sederhana tapi loveable."

"Maksudnya?" desak Tya.

"Menurut ceritamu, dia akan segera ke Kaltim. Dia sudah diterima di sebuah konsorsium besar yang akan membangun sejumlah infrastruktur penting di Ibukota Negara baru. Seandainya bosnya nanti seorang wanita cantik yang masih menjomblo. Gimana kalau dia akhirnya tertarik pada Puguh?"

"Ya biarin saja! Apa kita bisa mengontrol rasa tertarik seseorang? Andai Puguh pun tertarik juga padanya, ya biarin saja! Itu artinya, dia bukan jodohku. Ya tunggu lagi dong, datengnya pangeran yang lain. Kan masih banyak yang lain, Sis? Kan dunia gak selebar daun kelor, Sis? Belum kiamat lagi. Yang penting life must go on!"

Sambil merangkul sahabatnya itu, hati Nina menjadi lebih mafhum, bahwa Cintya Palupi memang seorang gadis yang think out of the box.

==000==

Bambang Suwarno-Palangkaraya, April 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun