"Aku sudah baca 7 judul cerpenmu. Sebelum baca, aku memang ada sedikit kuatir. Kuatir kalau kamu ngelantur dan ngaco kayak Dan Brown dengan The Da Vinci Code-nya itu. Tapi nyatanya tulisanmu jujur dan masih sesuai dengan standar ortodoksi. Jadi aku seneng membacanya."
"Ya sori aja Sis! Jangan samain aku dengan si penghujat itu! Dia itu telah mengkhianati hati nuraninya dan intelektualitasnya sendiri, demi sensasi dan fulus saja. Kalau tidak bertobat, dia akan lebih celaka ketimbang Yudas Iskariot. Karena sebelum bunuh diri, Yudas masih bisa menyesali dirinya sendiri. Apa Dan Brown akan menyesalinya juga?"
"Kalau gak mau tobat, novelis lancung itu sedang mempercepat langkahnya sendiri  menuju neraka."  Komentar Nina ini diaminkan oleh Cintya dengan mengacungkan jempolnya.
"Sekarang kembali ke soal Puguh. Sejak kapan ia tertarik padamu?"
"Persisnya aku gak tahu. Tapi yang jelas baru saja 3 bulan yang lalu, Puguh ungkapin cintanya padaku. Yaitu setelah ia sukses gapai gelar sarjananya." Jawab Tya apa adanya.
"Maaf dulu ya Non! Kulihat Puguh itu punya bakat besar untuk naklukin hati atasannya. Dia itu sederhana tapi loveable."
"Maksudnya?" desak Tya.
"Menurut ceritamu, dia akan segera ke Kaltim. Dia sudah diterima di sebuah konsorsium besar yang akan membangun sejumlah infrastruktur penting di Ibukota Negara baru. Seandainya bosnya nanti seorang wanita cantik yang masih menjomblo. Gimana kalau dia akhirnya tertarik pada Puguh?"
"Ya biarin saja! Apa kita bisa mengontrol rasa tertarik seseorang? Andai Puguh pun tertarik juga padanya, ya biarin saja! Itu artinya, dia bukan jodohku. Ya tunggu lagi dong, datengnya pangeran yang lain. Kan masih banyak yang lain, Sis? Kan dunia gak selebar daun kelor, Sis? Belum kiamat lagi. Yang penting life must go on!"
Sambil merangkul sahabatnya itu, hati Nina menjadi lebih mafhum, bahwa Cintya Palupi memang seorang gadis yang think out of the box.
==000==