"Namanya Puguh Arifianto." Jawab Tya kalem.
"Puguh? Puguh siapa? Kok namanya sama dengan nama sopirmu?"
"Memang dia orangnya!"
"Haah si Puguh itu.....?" tukas Nina dengan dahi yang mengernyit dan mata yang terbelalak.
"Kaget dan bingung ya Mpok? Makanya don't judge a book by its cover!"
"Maaf, aku enggak ngremehinnya. Cuma enggak nyangka saja," jelas Nina, "Tapi aku percaya kok, kamu pasti punya alasan yang reasonable. Boleh diceritain, biar aku enggak berspekulasi macem-macem?"
Langsung saja Cintya menjelaskannya. Dalam beberapa hal Puguh punya kesamaan dengan Andy, Bagus mau pun Peter. Yaitu, sama-sama seiman, pintar dan baik hati. Bedanya, mereka dari keluarga yang berada, sedang Puguh dari keluarga sederhana. Untuk membiayai kuliahnya saja, ia harus bekerja sebagai sopir pribadi keluarga ayahnya Cintya. Dan itu sampai mengantarnya menjadi seorang sarjana arsitektur....
"Maaf kupotong dulu! Apa sampai sekarang dia masih jadi sopir Bokapmu?"
"Ya enggaklah! Sejak di wisuda 3 bulan lalu, Puguh sudah resign," jawab Tya, "Semangat belajar dan daya juangnya yang tinggi itulah, yang tidak kulihat pada diri si Andy, Bagus mau pun Peter. Dan yang paling merekatkan hubunganku dengannya, ialah fakta bahwa ia adalah teman diskusiku yang baik."
"Biasanya ngobrol tentang apa saja?"
"Selama ini, diskusi kami memang fokus soal doktrin fundamental Kristen. Terutama tentang ke-Tuhan-an dan ke-Allah-an Yesus Kristus. Dan harap kamu tahu, bahwa hasil obrolan Kristologisku dengan Puguh itu, banyak yang kumasukkan dalam Buku Kumcerku. Makanya baca dulu buku itu!"