Mohon tunggu...
Bambang Suwarno
Bambang Suwarno Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Mencintai Tuhan & sesama. Salah satunya lewat untaian kata-kata.

Pendeta Gereja Baptis Indonesia - Palangkaraya Alamat Rumah: Jl. Raden Saleh III /02, Palangkaraya No. HP = 081349180040

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Geliat Cinta Maria

14 Agustus 2020   16:30 Diperbarui: 14 Agustus 2020   16:46 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bukan sok modern. Bukan ajang pamer. Bukan gila pesta dan gelojoh. Tapi merayakan hari jadi adalah merayakan kebaikan Tuhan. Adalah momentum melangitkan syukur. Adalah momentum berbagi kebahagiaan. Plus momentum evaluasi diri. Itulah alasan Maria Dahayu selalu adakan acara syukuran pada setiap hari ulang tahunnya.

Sesekali saja ia mengundang orang dalam jumlah yang agak banyak. Tapi biasanya ia hanya adakan pesta kecil saja. Misalnya hanya mengundang kerabat dekatnya saja. Ditambah bapak pendeta dan ibu untuk mendoakannya.

Pagi ini, begitu bangun tidur, dan setelah doa pribadi, Aryati langsung melompat mencari  maminya. Ternyata Maria berada di dapur. Lalu remaja milenial itu melambatkan langkahnya menuju ke situ. Ia mengendap-endap menahan emosinya. Begitu sampai persis di belakang maminya, ia langsung merangkulnya manja.

"Met ultah ya Mam! Semoga panjang umur, tetep sehat dan tambah cantik! Dan mudahan cepet dapet sang pangeran baru.....!"

"Makasih sayangku!" balas Maria berlumur rasa bahagia. Lalu saling berpelukanlah mereka dalam kehangatan rasa syukur yang intens.

"Nanti kita doa bersamanya di rumah makan, atau di rumah saja, Mam?"

"Di pandemi yang masih mencancam ini, kita adakan di rumah Eyang ini saja. Kita rayakan bersama Yangkung dan Yangti saja. Yang kita undang cuma Bapak Pendeta dan Ibu untuk ngedoain kita. Lalu kita makan malam bareng. Sudah, itu aja!"

"Terus apa menunya? Dan yang masak siapa, Mam?"

"Sudah kupesan ke resto langganan kita. Tapi menunya masih rahasia. Pokoknya pasti delicious banget deh!"

***

Petangnya, menjelang pukul delapan belas, Aryati bermaksud menyalakan lampu teras dan halaman depan rumah. Tapi begitu membuka pintu depan, dia dikejutkan oleh kedatangan seorang lelaki yang belum dikenalnya.

"Saya Om Andreas. Saya ingin ketemu Mbak Maria. Betulkah ini rumah beliau?"

"Ini rumahnya Eyang saya. Mbak Maria itu Mami saya. Sekarang kami memang tinggal sementara di sini. Mari, silahkan masuk Om!" Setelah mempersilahkan tamunya duduk, ia masuk ke ruang tengah untuk memberitahu maminya.

"Di depan, ada pria muda yang cari Mami."

"Mencariku? Siapa?"

"Katanya, namanya Andreas..."

"Andreas siapa?"

"Ya mana gua tahu? Yang jelas, dia seorang pria muda yang ganteng, Mam. Suer...!"

Lalu Maria keluar menuju ke ruang tamu. Lalu terjadilah perkenalan antar keduanya. Antara seorang janda muda cantik dengan seorang lelaki muda tampan. Kemudian dipanggilnyalah ayah, bunda dan putrinya ke depan untuk menyambut tamu tersebut.

"Romo, Bunda dan Yati, Bung Andreas ini, adalah pendeta baru di gereja kita. Beliau datang mewakili Bapak Gembala dan Ibu. Agar lebih jelas, biar Bung Andre sendiri yang akan menjelaskan kepada kita. Silahkan Bung Pendeta!"

Kemudian Andreas atau Andreas Vidya Tama menjelaskan bahwa dirinya adalah Asisten Gembala Sidang yang baru. Tugas utamanya untuk pembinaan kaum muda dan musik gereja. Karena malam ini Pak Gembala Sidang sedang kurang enak badan, maka dia diutus untuk mewakilinya. Dia sendiri baru datang di kota ini lusa kemarin. Jadi maklum kalau belum saling mengenal.

"Maaf Pak Andre, Bapak Gembala tak bisa ke sini karena sakit apa?" tanya Ny. Budiman.

"Kata beliau, hanya flu ringan saja. Jadi hanya perlu istirahat saja."

"Begini Pak Andre, pertama-tama kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak, karena sudah berkenan berkunjung ke rumah kami. Kebetulan hari ini, anak kami Maria Dahayu berulang tahun. Biasanya, memang Bapak Gembala yang rawuh dan mendoakannya. Tapi karena Panjenengan yang mewakili, sekarang waktu kami serahkan sepenuhnya kepada Panjenengan. Monggo!" Kata Budiman.

"Terima kasih Bapak! Sebelumnya saya mau tanya pada Mbak Maria. Kira-kira apa yang harus saya doakan?"

"Pertama bersyukur atas bertambahnya usia saya. Juga agar saya tetap sehat, terutama di saat pandemi seperti ini. Lalu agar usaha toko roti kami tetap eksis. Bahkan ke depan, bisa lebih berkembang lagi. Juga agar selalu diberkati Tuhan dalam membesarkan dan membimbing putri saya, Aryati Permatasari ini."

"Kami berdua yang sudah lansia ini, mohon didoakan juga Pak Pendeta!" pinta Ny. Budiman.

"Kalau saya, mohon Tuhan segera hentikan wabah corona ini. Supaya bisa belajar di sekolahan lagi, dan ketemu lagi dengan teman-teman setiap hari, seperti dulu. Yang terakhir, mohon agar saya cepet punya Papi baru, supaya Mami tidak kesepian lagi...." Celetuk Yati yang membuat semuanya jadi tertawa.

Sebelum berdoa, Pdt. Andre mengajak mereka menyanyikan sebuah lagu pujian. Dia sendiri yang mengiringi dengan petikan gitarnya. Kemudian pendeta muda ganteng itu mendoakan mereka dengan sepenuh hati.  Bersamaan dengan itu,   meneteslah air mata Maria. Air mata bahagia.

Setelah itu, makan malamlah mereka bersama dalam suasana penuh rasa syukur dan sukacita. Tapi ketahuilah, bahwa Maria Dahayu kerap kali mencuri-curi pandang terhadap Andre. Sebaliknya, Andre pun begitu juga. Rupaya ada gelombang khusus yang tengah menelusup dan menggetarkan hati keduanya.

***

Seharian berikutnya, hati Maria tak bisa lepas dari memikirkan hamba Tuhan muda tersebut. Wajah gantengnya yang murah senyum, berkali-kali muncul dalam ingatannya. Suaranya yang teduh ketika bicara, mengiang-ngiang kembali di  jiwanya. Tiba-tiba kerinduan untuk mencinta dan dicinta (yang setahun ini mati suri), kini terbit kembali....

"Mami ngelamun ya?" suara Aryati merobek angannya.

"Ya.... lagi inget Papimu, saja..." jawabnya tak salah juga. Sebab saat wajah Andre muncul di benaknya, wajah Fanus atau Stefanus (almarhum suaminya), berkelebat juga.

"Inget Papi atau Calon Papi?"

"Akh jangan ngaco kamu...!" tukas Maria sambil mencubit kecil lengan putrinya.

Rupanya feeling Yati tajam juga. Remaja itu menduga kuat bahwa maminya sedang memikirkan si pendeta muda yang semalam mendoakannya. Itu sebabnya, ia langsung mencecar menanyai maminya seputar diri Andreas.

"Beliau itu sekarang menjomblo. Istrinya sudah  meninggal dunia tiga tahun lalu, akibat serangan jantung. Beliau juga belum punya anak."

"Berarti beliau duda dong? Tapi duren alias duda keren! Masih muda lagi..."

"Memang kenapa.....?"

"Pas dong! Mami janda muda cantik bertemu Om Andre yang duda keren!" goda Aryati sambil merangkul erat maminya.

***

"Bun, baru saja saya terima kabar duka. Mas Tulus meninggal dunia tadi pagi."

"Mas Tulus siapa, Nduk?"

"Itu lho, putranya Pak Satrio. Yang ketika sama-sama di SMA dulu, pernah naksir saya. Ternyata seminggu lalu, dia terkonfirmasi positif covid-19. Padahal sehari sebelumnya, ia masih menelepon saya. Ia minta saya bantu doakan rencana pembaptisannya minggu depan."

Meski Maria tidak bisa menerima cinta Tulus, tapi mereka tidak saling membenci. Tulus tetap menjadi sahabat baik Maria sampai pada matinya. Kualitas persahabatannya itulah, yang membuat ibu muda itu cukup merasa kehilangan seorang sahabat yang benar-benar tulus.

"Kalau belum jadi dibaptis seperti Mas Tulus itu, apa bisa diselamatkan Romo?"

"Asal ia sudah sungguh-sungguh percaya atau beriman kepada Tuhan Yesus, ya selamat dong! Coba lihat Yohanes 3:16 yang terkenal itu!" jawab Budiman.

"Menurut ayat ini, setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal, Romo."

"Memang begitu! Yang tidak selamat atau yang binasa kekal itu, atau yang akan dihukum kekal itu, ya mereka yang tidak percaya kepada Tuhan Yesus. Untuk lebih jelasnya, baca juga ayat 18- nya!"

Kemudian Budiman jelaskan pula, bahwa kasus Tulus yang meninggal sebelum dibaptis itu,   mirip dengan salah seorang penjahat yang disalib di sebelah Tuhan Yesus. Sang Juruselamat itu menggaransi keselamatannya dengan berkata, bahwa pada hari itu penjahat itu akan ada bersama-sama dengan-Nya di Firdaus. (Lukas 23:43).

Padahal dia kan belum pernah dibaptiskan? Dia diselamatkan karena sudah beriman kepada Yesus Kristus. Buktinya waktu itu, ia sudah mempercayai Tuhan Yesus sebagai Raja. Dibaptis itu harus bagi yang sudah percaya. Tapi dalam kondisi khusus seperti itu, di mana sakramen gereja itu tak bisa dilaksanakan, Yesus Kristus SangKepala Gereja, pasti bisa memakluminya.

"Bagi domba-domba Kristus (orang-orang yang beriman kepada-Nya), seorang pun atau siapa pun tak akan bisa merebutnya dari tangan Kristus maupun Bapa. Simak Yohanes 10:27-29!"

"Artinya siapa pun atau apa pun, tidak akan mampu menggagalkan keselamatannya!" Maria sampaikan konklusinya. Romonya pun mengacungkan dua jempolnya kepadanya.

==000==

Bambang Suwarno-Palangkaraya, 14 Agustus 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun