Mohon tunggu...
Bambang Suwarno
Bambang Suwarno Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Mencintai Tuhan & sesama. Salah satunya lewat untaian kata-kata.

Pendeta Gereja Baptis Indonesia - Palangkaraya Alamat Rumah: Jl. Raden Saleh III /02, Palangkaraya No. HP = 081349180040

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Maria dan Komplikasi Cintanya

25 Oktober 2019   06:17 Diperbarui: 25 Oktober 2019   06:21 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Berlebihan, overacting, lebay atau keladuk! Oleh kedua orang tuanya, Maria Ayudia dianggap telah melakukan hal-hal tersebut terhadap Puguh. Menurut ayahnya, sesungguhnya  cukup dengan menjabat tangan atau menyalaminya saja. 

Sedang menurut ibunya, disertai dengan mencipika-cipiki pun masih wajar-wajar saja. Tapi yang dilakukan Maria sudah berlebihan.  Amat mengejutkan. Bahkan bisa menerbitkan berbagai spekulasi dari banyak pihak.

"Ayah dan Bunda tercinta! Cium pipi kiri dan kanan itu, sekarang ini sudah hal yang jamak." Jelas Maria sambil merangkul ibunya.

"Ibu ngerti Ria..," ucap wanita setengah abad itu kepadanya. "Dalam suasana bahagia. Lebih-lebih di sebuah acara wisuda, ucapan selamat dengan cara mencipika-cipiki si wisudawan, itu memang sudah lazim. Toh, hampir semua yang lain pun juga begitu. Tapi kemarin itu, yang kamu lakukan terhadap Puguh memang rada keladuk, Nduk....."

"Keladuknya atau berlebihannya itu di mana, Bun?"

"Sekali saja, mestinya kan ya sudah cukup. Tapi ngapain harus kamu lakuin sampai dua kali? Bahkan sampai kamu merangkul dan menepuk-tepuk pundaknya segala....." tutur ibunya. Mendengar itu, gadis cantik itu cuma mesam-mesem saja.

"Kalau itu terhadap teman sesama cewek, ya biasalah...! Tapi terhadap Puguh, mestinya ya nggak harus seperti itu!" tambah Drs. Ilham Zhakarias, ayah Maria.

"Terus terang, aku kuatir kalau si Puguh itu jadi ge-er padamu...." Ibunya menyahuti.

Kekuatiran ayah dan bunda Maria sangat mudah dipahami. Karena Puguh yang baru saja menyandang gelar sarjana teknik itu, biar bagaimana pun, posisinya adalah salah seorang sopir keluarga mereka. Artinya, yang terbentuk selama ini, adalah relasi antara majikan dan buruh. Jadi hubungannya adalah hubungan kerja. Bukan hubungan personal.

"Memang Bun, Puguh itu sopir keluarga kita. Tapi sebenernya, dia itu juga teman ngobrolku yang asyik......"

"Teman ngobrol yang asyik itu maksudnya, gimana?" kejar ayahnya.

"Maksudnya, diajak ngobrol dengan topik apa pun, dia itu selalu bisa nyambung. Pandangan-pandangannya cukup rasional dan kritis. Bahkan dalam banyak hal, kami punya banyak kesamaan, Yah...."

"Itu bagus! Artinya kita punya karyawan yang pinter. Lagian Puguh kan memang telah buktikan, bahwa dirinya adalah seorang sarjana," ujar ibunya. 

"Tapi dia kan juga seorang pria dewasa. Pasti dia pengin juga mencintai dan dicintai. Sebab itu, kedekatanmu dengannya itu, lama kelamaan bisa timbulkan ketertarikannya padamu. Bahkan bisa jadi, ia sudah menduga kalau kamu pun tertarik padanya...... "

"Sebelumnya, aku kan tak pernah begitu, Bun!" jawab Maria. "Perlakuanku itu, kan khusus dalam rangka memberi ucapan selamat padanya di acara wisudanya saja..."

"Ya, tapi kalau Puguh bener-bener ke-geer-an padamu, akhirnya dia kan bisa patah hati..."

Maria Ayudia mengangguk-anggukkan kepalanya. Tanda bahwa ia memahami arah semua perkataan ibunya. Namun sejurus kemudian, anggukan kepalanya makin tegas. Bahkan dibarengi dengan merekahkan bibirnya. Menghasilkan sebuah senyuman yang manis sekali.

"Sekarang, aku yang ganti tanya pada Ayah dan Bunda," ujar Maria sambil menyempurnakan posisi duduknya. "Barangkali saja, atau katakanlah Mas Puguh memang tertarik padaku. Kalau begitu halnya, apa Panjenengan berdua kerso menyetujuinya?"

"Terus terang, aku sangat sulit merestuinya." Jawab ayahnya tegas.

"Sulit........? Alasannya apa, Yah...?"

"Tak ada alasan yang mendasar. Hanya perasaan tidak nyaman dan tidak sreg saja....."

"Kalau aku, sama sekali malah tak setuju....!" Sahut bundanya, tak kalah tegasnya.

Bundanya tidak setuju, karena itu dianggapnya akan banyak memakan korban. Setidaknya akan ada dua orang cowok yang tersakiti hatinya. Yaitu Raka dan Permadi. Apa artinya membahagiakan Puguh, tapi menghancurkan yang lainnya?

Memang ada sekitar selusin pemuda yang pernah mendekati dan serius naksir Maria. Namun hampir semuanya berguguran, sebab tak memenuhi kriteria yang ditetapkan Maria. 

Yaitu harus seiman, cerdas dan berkepribadian baik. Hanya Raka dan Permadi sajalah yang bisa lolos. Itu sebabnya, yang ditanggapi serius ya hanya dua pemuda itu saja.

"Kamu sendiri pun, kan belum bisa jatuhkan pilihanmu. Apa Raka atau Permadi. Artinya sampai kini pun, kamu masih menggantung posisi dan perasaan mereka. Jelas itu tidak elok, anakku. Itu menyiksa hati orang, namanya," komentar ibunya. 

"Apalagi kalau sampai ketambahan dengan masuknya si Puguh, apa kamu nanti nggak mumet menghadapinya? Ibu saja ikut puyeng, Nduk!"

Posisi Maria sendiri sesungguhnya seperti berada di sebuah persimpangan jalan. Raka dan Permadi, belum lama ini sudah ungkapkan rasa cintanya. Tapi dia belum bisa memberikan jawabannya. Dia tidak menolak, tapi belum juga bisa menerimanya.

Menerima keduanya jelas tidak mungkin. Namun untuk melepas salah satunya pun, ia sama sekali tak rela. Apalagi belakangan ini, Puguh pun tampak sudah mulai  melepaskan sinyal-sinyal ketertarikannya. 

Dan makin ke sini, berduaan dengan Puguh rasanya kian menyenangkan saja. Lalu, siapa yang mesti harus dipilih? Maria tak bisa menjawabnya.

***

Siang ini, sepulang dari kuliah, Maria tak punya agenda apa pun. Ia hanya rebahan saja di tempat tidurnya. Dalam kevakumannya itu, tiba-tiba ingatannya melayang ke omongan Lily beberapa hari yang lalu.

"Dari 2 orang cowok yang naksir eloe itu, kalau gue akan pilih si Raka.."

"Alasannya?"

"Karena papanya adalah orang kaya dan terkenal. Punya beberapa SPBU dan perkebunan sawit juga. Ketua parpol lagi. Artinya, ia lebih punya masa depan ketimbang Permadi. Raka pada waktunya pasti bisa gantiin papanya. Baik di bisnis mau pun di politik."

"Apa  Permadi kurang punya masa depan?"

"Permadi memang lebih ganteng dan mungkin lebih intelek. Karena dia kandidat doktor. Tapi paling-paling kan cuma jadi dosen saja to, Non....?"

Waktu itu, Maria tak membantah apa pun. Tapi dalam hatinya,  ia menilai bahwa Lily termasuk seorang gadis yang agak materialistis. Akibatnya, hal itu tak memberi inspirasi apa pun. Justru malah kian menggalaukan batinnya saja.

***

Bagai disambar petir, malam ini Maria mendadak lunglai dihajar keterkejutan yang luar biasa. Kenapa? Karena ia menerima kabar yang baru saja viral, bahwa papanya Raka terkena OTT KPK. Kini pengusaha yang juga ketua salah satu parpol di kota ini, sudah harus mengenakan rompi oranye. Bahkan sudah harus meringkuk di rutan KPK.

Ikut tertampar rasa malu, pasti iya. Ikut bersedih, tentu saja. Tapi yang paling menggalaukan jiwanya, ialah ketika Raka sudah tak bisa dihubungi lagi. Saat didatangi ke rumahnya pun, tak seorang anggota keluarga pun yang berada di sana. Yang ada cuma para pembantu dan 2 ekor anjing buldognya saja.

"Kasus papanya Raka memang mengagetkan dan memalukan kita semua," kata ayah Maria seusai makan malam. "Tapi juga ada hikmahnya. Khususnya buat kamu, Maria...."

"....................." Maria yang masih shock tak mampu mereaksinya. Kecuali cuma tergugu kelu.

"Hikmatnya apa Mas?" kejar ibunya Maria, penasaran.

"Maksudnya, dengan peristiwa itu, Maria bisa terbantu atau termudahkan dalam menjawab cinta Raka."

Lalu Drs. Ilham Zhakarias menjelaskan. Bahwa Maria terbantu untuk segera bisa mengkonfirmasi Raka tentang hubungan mereka. Maria harus tegaskan, hubungan keduanya hanya sebatas hubungan pertemanan saja. Bukan hubungan asmara. Karena terus terang ayahnya tak menyetujuinya. Ia tak sudi berbesanan dengan seorang narapidana korupsi.

Selama ini, ia termasuk seorang yang dikenal sebagai pegiat gerakan anti korupsi. Apa jadinya, jika tiba-tiba ia berbesanan dengan seorang koruptor? Apa kata dunia?

***

Seminggu berikutnya, kedatangan Tante Irma (adik ibunya Maria), membawa badai yang makin menggoncang hati Maria. Menurut Tante Irma, Permadi itu ternyata adalah cucu dari pembunuh eyang kakungnya Maria sendiri.

Ketika Tante Irma menyampaikan berita yang mengejutkan itu, awalnya terjadi perdebatan yang panjang dan seru di keluarga itu. Namun setelah ditunjukkan beberapa bukti yang sahih, pada akhirnya semua bisa menerimanya. Hasilnya, semua anggota keluarga Ilham Zhakarias sepakat untuk menolak Permadi menjadi kekasih Maria.

Jiwa Maria hancur lebur dihantam realitas yang kejam tersebut. Untungnya, Maria belum sampai benar-benar mencintai keduanya. Masih sebatas rasa nyaman bila berduaan dengannya. Jadi rasa kecewanya, belum sampai ke level yang sangat berat.

***

Kini Maria hanya tinggal punya teman dekat Puguh saja. Apakah itu berarti Maria Ayudia bisa serta merta langsung mengharapkan cinta Puguh? Bukankah sikap Puguh belakangan ini, telah menyiratkan tanda-tanda cintanya?

Namun, ternyata masalahnya tidak sesederhana itu. Karena setelah menggenggam gelar ST, Puguh langsung resign dari posisinya sebagai sopir keluarga Ilham Zhakarias. Pemuda dewasa itu akan segera pergi ke Kutai Kartanegara untuk membangun hidup dan masa depannya di sana.

"Selamat jalan dan selamat berjuang Mas Puguh! Semoga Mas sukses dan diberkati Tuhan!"

"Aku pun juga berdoa, agar kamu pun sukses dan bahagia selalu!"

Begitu usai ucapkan kalimat itu, entah siapa yang lebih dulu memulainya, keduanya tiba-tiba sudah saling bercipika cipiki dan saling berangkulan. Tapi durasinya jauh lebih lama. Lebih intens ketimbang yang mereka lakukan pada acara wisuda tempo hari.

==000==

(Catatan: Cerpen di atas adalah lanjutan dari cerpen saya yang berjudul "[Kado Terindah] Cipika Cipikinya Maria" yang tayang 9 Oktober 2019)

Bambang Suwarno-Palangkaraya, 25 Oktober 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun