"Baik dong. Tapi siapa yang kamu sebut si hero itu?" kejar kakeknya.
"Dia panggilannya Wan Zono. Kata orang, ia juragan daging sapi di Pasar Besar."
"Dia yang punya ternak sapi gede di desa Sukosuko itu lho, Kek....." Ranti menjelaskan.
"Ahhaaaay.... dia itu 'bajul buntung' yang istrinya ada di mana-mana. Juga ia rentenir yang banyak memiskinkan orang. Jangan pernah bilang lagi, ia itu hero.....!"
"Tapi tindakannya membantu keluarga yang berduka itu khan heroik, Mbah?"
"Heroik apa? Kalau pun disebut pahlawan, dia itu pahlawan kesiangan.!"
             ***
Sorenya, menantu laki-laki Mbah Kung yang bernama Wondo, pulang juga dari kerja. Wajahnya memerah, berbinar dan bersinar. Lebih cemerlang ketimbang wajah mentari di ambang senja. Ada euforia yang menggelegak di dadanya. Dengan siulan kecil, ia masuk ke rumah. Semua yang di rumah disapanya hangat.
"Mama, sore ini, mama tak usah masak...." ujarnya kepada Reny, istrinya.
"Kalau nggak boleh masak, berarti Papa mau ngajak kita makan malam di luar dong?" tanya Reno.
"Betul makan malam di luar. Pasti enak-enak, dijamin puas, dan yang penting gratis lagi....."