Mbah Kakung terperangkap dalam heran dan sepi. Pagi ini, ia mondar-mandir sendiri di rumahnya. Melongok ke semua kamar dan ruang, tapi tak ada siapa-siapa. Ke mana anak, menantu dan dua cucunya? Maka terpaksalah si embah bikin kopi sendiri. Beli sarapan pagi sendiri. Dan santai sendiri di hari libur ini.
"Dari mana saja kamu, Ren?" tanyanya pada Reny, begitu anak perempuannya itu tiba.
"Dari pasar murah, Be!"
"Tumben kamu tertarik. Biasanya khan enggak?"
"Gimana nggak tertarik? Paket yang dijual itu super murah lho, Be. Ini beda jauh ketimbang pasar-pasar murah lain selama ini. Bahkan khusus untuk aku, dapat lebih banyak dan gratis lagi..."
"Kok bisa? Memang siapa yang mengadakan?" tanya si Embah. Terlihat sekali kalau ia cukup penasaran.
"Si Anisa, teman kuliahku dulu, Be. Itu lho, putri tertuanya Pak Arman.."
"Arman pemilik SPBU Jalan Jago dan beberapa toko ritel itu, maksudmu?"
"Iya, Be!"
"Ini dagelan yang naf! Yang bener-bener nggak lucu!"
"Lho, kok gitu, Be?" gantian Reny yang kepo.