Pertemuan itu terjadi karena disponsori oleh oxytocin. Sesungguhnya siapa yang peduli dengan teman kita? Kita hanya berharap mendapatkan oksitosin, iya kan? Kita tidak perlu membayar untuk berdua. Tapi intinya jadi kita tahu sebenarnya oksitosin mengurangi aktivitas rasa sakit pada area terkait di otak.
Hal yang lain; masalahnya adalah kita memiliki kepribadian yang berbeda. Every brain is unique. Tidak ada satupun di dunia yang memiliki connectome yang sama. Kita mewakili connectome kita. Kita semua memiliki kepribadian.Â
Dan ada kepribadian tertentu yang memang memiliki rasa nyeri hiperaktif di daerah otaknya. Orang-orang ini biasanya cenderung ingin menyenangkan semua orang di sekitar mereka.Â
Mereka sangat mudah terpengaruh dengan umpan balik-umpan balik negatif (negatives feedbacks), atau bahkan oleh sesuatu yang netral. Dan ketika kita melihat ke dalam kepalanya cukup yakin daerah-daerah di otaknya ada hubungannya dengan rasa sakit yang hiperaktif.
Juga ada kecenderungan genetika orang berbeda dengan gen yang berbeda pula. Satu bagian polimorfisme tertentu untuk suatu gen reseptor opioid berfungsi untuk menurunkan toleransi rasa sakit. Terus apa artinya sih?Â
Menurut Dr. Marwa, artinya; bahwa gen tertentu itu sangat penting untuk bagaimana kita memproses rasa sakit dan bagaimana kita merespon obat penghilang rasa sakit seperti opiat khususnya.
Berasal dari huruf-huruf yang berbeda dalam populasi dengan variasi yang berbeda. Satu variasi tertentu mengakibatkan menurunkan sedikit ambang rasa sakit kita. Bisa jadi orang-orang ini mempunyai latar belakang genetika yang mereka akhirnya minum lebih banyak obat setelah operasi dilakukan.
Kita mungkin sudah menebaknya; bagaimana jika kita membawa orang-orang ini dengan latar belakang genetika seperti itu, dengan kecenderungan untuk toleransi yang rendah terhadap rasa sakit. Kemudian masukkan mereka ke dalam brain scanner, dan biarkan mereka memainkan game bola virtual tadi. Setelah mereka telah melakukannya... dan apa yang mereka lihat?Â
Apakah pada orang-orang ini dengan latar belakang genetika yang dimiliki mempunyai toleransi rendah untuk rasa sakit fisik itu, ternyata bahwa mereka juga memiliki toleransi yang rendah terhadap sakit psikologis.
Jadi, sebenarnya memang tidak ada perbedaan antara keduanya. Tidak ada perbedaan antara rasa sakit psikologis dan rasa sakit fisik.Â
Taruhannya adalah jika toleransi kita terhadap rasa sakit fisik adalah rendah, maka kita akan menerima umpan balik negatif. Jadi reaksi kita seperti apa terhadap pederitaan itu juga akan berpengaruh. Keduanya berkorelasi. Kedua jenis rasa nyeri itu.