Mohon tunggu...
Bambang Setiono
Bambang Setiono Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

Saya adalah seorang guru yang senang berbagi pengetahuan, mencari dan mengintegrasikan pengetahuan pembelajaran sesuai abad 21

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antar Materi Modul 1.3

10 Mei 2024   11:14 Diperbarui: 10 Mei 2024   11:16 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

1.3.a.8 KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.3

 

Oleh : Bambang Setiono, S.Pd

Calon Guru Penggerak Angkatan 10 Batam Kepulauan Riau

            Koneksi antar materi merupakan kaitan antara satu modul kepada modul lainya, dalam modul 1 guru penggerak mempelajari tentang filosofi Ki hajar Dewantara, pada Modul 2 penggerak mempelajari tentang nilai  dan  guru penggerak, pada modul 3 guru penggerak mempelajari IA (Inkuiri Apresiatif) Bagja, semua modul 1, 2 dan 3 memiliki kaitan penting yang tidak bisa di pisahkan. Koneksi antar materi mengaitkan materi-materi yang telah dipelajari dan materi lain yang relevan ke dalam rencana manajemen perubahan yang akan di lakukan.

            Untuk koneksi antar materi dalam modul 1.3 terdapat pertanyaan dalam pemahaman antar modul antara lain sebagai berikut:

  1. Apa yang Bapak/Ibu pahami mengenai kaitan peran pendidik dalam mewujudkan filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara dan Profil Pelajar Pancasila pada murid-muridnya dengan paradigma inkuiri apresiatif (IA) di sekolah Bapak/Ibu?
  2. Revisi dan rumuskan dengan penuh keyakinan, visi yang telah Bapak/Ibu buat berdasarkan jawaban pertanyaan diatas, ke dalam sebuah VISI yang membuat Bapak/Ibu bersemangat ketika membacanya, dan menggerakkan hati setiap orang yang membacanya

 

Saya sebagai Guru Penggerak, memahami bahwa peran saya sebagai guru sangatlah penting dalam mewujudkan filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara dalam menumbuhkan Profil Pelajar Pancasila dan menerapkan paradigma Inkuiri Apresiatif (IA) yang ada di sekolah saya.

Filosofi Ki Hadjar Dewantara memfokuskan segala seuatu pada murid dan di lakukan berlandaskan kemerdekaan belajar, pembelajaran yang bermakna dan sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman setiap murid, dalam filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara seorang guru haruslah pandai dalam melihat potensi yang di miliki murid muridnya, seorang guru bagaikan penabur benih yang akan menuai hasilnya di kemudian hari, dalam hakikatnya sebagai guru saya harus bisa membimbing mereka ke arah yang lebih baik, menjadikan mereka individu yang beriman, berkarakter, menanamkan nilai-nilai Pancasila dalam diri murid-murid saya dan mampu berkontribusi positif bagi bangsa.

Dalam proses yang akan saya lakukan pendekatan Inkuiri Apresiatif (IA) menjadi alat yang menyokong saya dalam mencapai tujuan saya sebagai Guru Penggerak yang berinovatif, kolaboratif, dan berpihak pada murid. Saya yakin bahwa dengan kolaborasi, dedikasi dan semangat seluruh Guru Penggerak dapat menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh, berkarakter, dan siap menghadapi tantangan masa depan.

Koneksi Antar Materi modul 1, 2 dan 3

Modul 1.1

Dalam modul 1.1 tentang Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara, membuka pikiran dan wawasana saya tentang pendidikan,  saya merasa banyak hal yang sudah terlupakan pada diri saya sebagai seorang guru maupun pendidik keberpihakan pada murid, setelah saya mempelajari tentang konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara, membuka mata saya merubah pola pemikiran dan wawasan saya tentang pendidikan.

Selama saya mengabdi sebagai seorang guru, saya menyadari bahwa pendidikan dan pengajaran merupakan hal yang sangat berbeda:

1. Ki Hadjar Dewantara:

  • Mendidik: Memimpin anak ke arah kemerdekaan (kemandirian) baik jasmani maupun rohani.
  • Mengajar: Memberikan ilmu pengetahuan dan keterampilan kepada anak.

2. John Dewey:

  • Mendidik: Proses pertumbuhan dan perkembangan individu secara menyeluruh, termasuk aspek intelektual, moral, sosial, dan emosional.
  • Mengajar: Menyampaikan informasi dan pengetahuan kepada murid.

3. Paulo Freire:

  • Mendidik: Proses dialogis dan transformatif yang membebaskan individu dari ketergantungan dan ketidakadilan.
  • Mengajar: Proses transfer pengetahuan dari guru ke murid.

4. H.G. Wells:

  • Mendidik: Membentuk manusia yang utuh dan siap hidup di masyarakat.
  • Mengajar: Memberikan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk menjalani hidup.

5. M. Ngalim:

  • Mendidik: Membentuk manusia yang berakhlak mulia dan berkepribadian luhur.
  • Mengajar: Menyampaikan materi pelajaran dan membimbing murid untuk memahaminya.

Mengajar adalah proses transfer pengetahuan dan keterampilan dari seorang guru atau dosen kepada para muridnya. Mengajar berfokus pada penyampaian materi pelajaran, penggunaan metode pengajaran, dan evaluasi hasil belajar. Sedangkan mendidik, memiliki cakupan lebih luas dan mencakup aspek pengembangan karakter dan nilai-nilai. Seorang pendidik tidak hanya berfokus pada transfer pengetahuan, tetapi juga pada membentuk kepribadian, etika, dan sikap positif siswa. Pendidikan melibatkan interaksi yang lebih mendalam dengan siswa, memahami kebutuhan mereka, dan membantu mereka tumbuh secara holistik.

Dalam filosofi ki hajar dewantara anak-anak adalah ibarat benih yang akan tumbuh menurut kodratnya sendiri dan kita selaku pendidik hanya menyemai, menyiram, merawat serta menuntun tumbuh atau hidupnya biji yang di semai agar menjadi tanaman yang kokoh, subur dan memiliki manfaat, dalam perumpaan tersebut Ki Hajar Dewantara mengajarkan bahwa pendidikan adalah tempat di mana kita menanam benih-benih yang akan di tuai di kemudian hari. Pendidikan bukan hanya tentang transfer pengetahuan, tetapi juga tentang membentuk karakter, nilai-nilai, dan peradaban di masa depan nanti. Sebagai pendidik, kita memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa benih-benih ini tumbuh dan berkembang menjadi generasi yang unggul dan berkontribusi pada masa depan bangsa. Dalam tahapan selanjutnya ada semboyan Ki Hadjar Dewantara. "Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani", tiga frasa penuh makna yang mengantarkan generasi penerus bangsa menuju gerbang masa depan gemilang.

"Ing Ngarso Sung Tulodo", di depan menjadi teladan, mengingatkan kita akan peran krusial pendidik sebagai figur inspiratif. Pendidik bukan hanya penyampai ilmu, tetapi juga panutan moral dan karakter bagi murid-muridnya. Keteladanan ini tak hanya terpancar dari tutur kata, tetapi juga dari tindakan dan keseharian mereka.

"Ing Madya Mangun Karso", di tengah membangkitkan semangat, menggarisbawahi peran pendidik sebagai fasilitator dan motivator. Di tengah proses belajar mengajar, pendidik tak hanya memberikan instruksi, tetapi juga membangkitkan semangat dan antusiasme murid. Mereka menjadi jembatan yang menghubungkan murid dengan potensi dan minat mereka, mendorong mereka untuk berkembang dan mencapai cita-cita.

"Tut Wuri Handayani", di belakang memberi dorongan, menegaskan pentingnya peran pendidik sebagai pendamping dan pembimbing. Pendidik tak hanya berada di depan, tetapi juga senantiasa hadir di belakang, memberikan dukungan dan dorongan saat murid menemui kesulitan. Kepercayaan dan optimisme pendidik menjadi kekuatan bagi murid untuk terus melangkah maju.

Sebagai Guru Penggerak saya juga harus memahami kodrat alam dan kodrat zaman dalam menerapkan filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Kodrat alam merujuk pada hukum-hukum dasar yang mengatur alam semesta, termasuk potensi dan keterbatasan manusia sedangkan kodrat zaman adalah dinamika dan perubahan yang terus menerus terjadi di dunia, seperti perkembangan teknologi, budaya, dan sosial.

Memahami interaksi keduanya sangatlah penting. Kodrat alam menjadi fondasi kehidupan dan sumber daya, mendorong manusia untuk beradaptasi dan berinovasi. Kodrat zaman, dengan pergeseran dan perubahannya, memicu manusia untuk terus belajar dan berkembang.

Modul 1.2

Pada Modul 2 guru harus mengetahui nilai nilai dan perannya sebagai guru penggerak, peran tersebut yaitu;

  • Mampu Menjadi Pemimpin Pembelajaran
  • Mampu Menggerakan Komunitas Praktisi
  • Mampu Menjadi Coach Bagi Guru Lain
  • Mampu Mendorong Kolaborasi Antar Guru
  • Mampu Mewujudkan Kepemimpinan Murid.

Pada modul 2 ini, guru harus mengerti peran mereka, mengoptimalkan nilai-nilai Guru Penggerak yang di miliki antara lain berpihak pada murid, mandiri, reflektif, kolaboratif, dan inovatif. Nilai tersebut semestinya melekat dalam diri seorang guru penggerak, agar mampu menjalankan perannya dengan baik demi mewujudkan visinya, yaitu mewujudkan profil pelajar Pancasila melalui merdeka belajar.

Nilai-Nilai Seorang Guru Penggerak

Seorang guru Penggerak harus memiliki nilai (value)  yang harus di amalkan baik di dalam kelas, di luar kelas maupun kegiatan lainnnya di luar lingkungan sekolah. Nilai-nilai tersebut tentunya harus dapat diaktualisasikan lewat perilaku, dan perbuatan agar menjadi contoh dari anak didik. Nilai-nilai dimaksud adalah; Nilai Mandiri, Nilai Kolaboratif, Nilai Reflektif, Nilai Inovatif dan Nilai Berpihak Pada Peserta Didik.

Mandiri

Mandiri artinya dapat berdiri sendiri; tidak bergantung pada orang lain. Nilai Mandiri artinya sebuah nilai yang terkandung di dalam diri seorang Guru Penggerak, dimana dia mampu melakukan sesuatu tanpa bergantung pada orang lain. Seorang Guru penggerak harus memiliki sebuah inisiatif yang tinggi, tanpa menunggu perintah dari pimpinan atau orang lain dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang guru.

Kolaboratif

Kolaboratif adalah pendekatan yang melibatkan kerja sama dan interaksi antara berbagai pihak untuk mencapai tujuan bersama. Dalam dunia pendidikan, kolaborasi memungkinkan siswa, guru, dan institusi lainnya untuk saling berbagi ilmu, memecahkan masalah, dan menciptakan lingkungan belajar yang inklusif.

Reflektif

Guru penggerak harus memiliki nilai reflektif yaitu kemampuan untuk merefleksikan dan memaknai berbagai pengalaman yang terjadi, baik yang dialami sendiri maupun yang terjadi di lingkungan sekitar.

Inovatif

Kemampuan mencari cara terbaik untuk menyampaikan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di lingkungan sekitarnya. Guru yang memiliki nilai inovatif senang memberikan ide-ide baru yang membangun dan bervariasi, sehingga menciptakan pengalaman belajar yang lebih dinamis dan efektif

Berpihak pada Murid

Keberpihakakn pada murid memilii makna sikap dan tindakan seorang guru yang mendukung dan memperhatikan kebutuhan serta potensi setiap siswa secara adil. Guru yang berpihak pada murid tidak hanya fokus pada transfer pengetahuan, tetapi juga memastikan bahwa setiap siswa merasa didengar, dihargai, dan didorong untuk berkembang sesuai dengan kemampuannya. Dengan berpihak pada murid, guru menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan memastikan bahwa semua anak memiliki kesempatan yang sama untuk meraih kesuksesan akademis dan pribadi.

Sebagai seorang Guru Penggerak, nilai-nilai yang ada pada diri saya, harus berdampak pada transformasi perubahan yang akan saya lakukan, saya memiliki peran dan andil sebagai agen perubahan dalam membangun sebuah ekosistem yang inklusif.

Modul 1.3

Pada modul 3 ini, guru harus memiliki visi yaitu pandangan kedepan dimana seorang guru harus mimipi seperti apa murid yang dia harapkan dimasa depan. Modul 1.3 mempelajari mengenai Visi  yang akan di lakukan oleh Guru Penggerak. Visi adalah gambaran atau pandangan jangka panjang yang menggambarkan tujuan atau arah yang ingin dicapai oleh individu, organisasi, atau lembaga. Visi memberikan inspirasi, mengarahkan tindakan, dan menjadi landasan untuk merencanakan langkah-langkah menuju masa depan yang diinginkan.

Visi seorang guru harus sejalan dengan Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat, demi terciptanya student wellbeing.

Agar visi dapat yang ingin di capai terwujud dan terjadi proses perubahan, perlu adanya upaya nyata, hal ini bisa di lakukan dengan melakukan Pendekatan Inkuiri Apresiatif (IA). Inkuiri Apresiatif (IA), juga dikenal sebagai Appreciative Inquiry (AI), adalah sebuah pendekatan kolaboratif dan positif untuk mendorong perubahan dan mencapai tujuan bersama. IA berfokus pada menemukan dan membangun kekuatan, bukan pada masalah dan kelemahan. Pendekatan ini didasarkan pada asumsi bahwa setiap individu dan organisasi memiliki potensi dan kekuatan yang luar biasa yang dapat dimanfaatkan untuk menciptakan perubahan positif. IA adalah salah satu cara untuk mewujudkan VISI secara kolaboratif. IA dimulai dengan mengidentifkasi hal baik yang sudah ada di sekolah. mencari cara bagaimana hal tersebut dapat dipertahankan, dan memunculkan strategi untuk mewujudkan perubahan ke arah lebih baik.

Manajemen perubahan yang bisa diterapkan adalah inkuiri apresiatif dengan tahapan BAGJA. Tahapan BAGJA terdiri dari:

1. Buat Pertanyaan

2. Ambil pelajaran

3. Gali mimpi

4. Jabarkan rencana

5. Atur Eksekusi

BAGJA, singkatan dari Buat Pertanyaan, Ambil Pelajaran, Gali Mimpi, Jabarkan Rencana, Atur Eksekusi, merupakan model manajemen perubahan yang ampuh bagi Guru Penggerak dalam menggerakkan transformasi pendidikan. Pendekatan ini memadukan kekuatan refleksi, kolaborasi, dan aksi untuk melahirkan perubahan yang bermakna dan berkelanjutan.

Bagi Guru Penggerak, BAGJA bukan sekadar rangkaian langkah, tetapi sebuah filosofi yang menuntun mereka dalam memahami akar permasalahan, merumuskan solusi yang tepat, dan mengimplementasikannya secara efektif. Kekuatan BAGJA terletak pada beberapa aspek berikut:

1. Menumbuhkan Budaya Reflektif:

BAGJA mendorong Guru Penggerak untuk melakukan refleksi mendalam terhadap situasi dan kondisi pendidikan di sekitar mereka. Dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis, mereka didorong untuk menggali akar permasalahan, mengidentifikasi kesenjangan, dan memahami potensi yang belum tergali.

2. Membangun Kolaborasi yang Kuat:

BAGJA tidak dirancang untuk dijalankan secara individual. Pendekatan ini menekankan pentingnya kolaborasi dengan para pemangku kepentingan pendidikan, seperti murid, orang tua, rekan guru, dan pemimpin sekolah. Melalui diskusi dan pertukaran ide, Guru Penggerak dapat menemukan solusi yang lebih komprehensif dan berkelanjutan.

3. Merumuskan Visi yang Jelas:

BAGJA membantu Guru Penggerak dalam menggali mimpi dan aspirasi bersama untuk masa depan pendidikan yang lebih baik. Dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan, mereka dapat merumuskan visi yang jelas dan terukur yang menjadi landasan bagi transformasi pendidikan.

4. Menyusun Rencana Aksi yang Konkret:

BAGJA tidak berhenti pada mimpi dan visi. Pendekatan ini mendorong Guru Penggerak untuk menerjemahkan ide-ide mereka ke dalam rencana aksi yang konkret dan terukur. Dengan menetapkan langkah-langkah yang jelas dan strategi yang tepat, mereka dapat mengimplementasikan perubahan secara efektif.

5. Menjaga Momentum Transformasi:

BAGJA bukan proses yang statis, tetapi sebuah perjalanan dinamis yang berkelanjutan. Pendekatan ini menekankan pentingnya monitoring dan evaluasi untuk memastikan bahwa transformasi pendidikan berjalan sesuai rencana dan mencapai tujuan yang diharapkan.

Dalam menentukan visi haruslah di lakukan dengan bijaksana, musyawarah, mufakat dan kepentingan bersama untuk melangkah lebih baik lagi

Visi Saya

"Terwujudnya generasi gemilang, kreatif, terampil dan berkarakter sesuai dengan pembelajaran abad 21"

Prakarsa Perubahan

"Mewujudkan generasi yang unggul dan berkarakter di masa depan "

Dengan demikian seorang guru bisa memiliki arah tujuan yang ingin di capai melalui visinya,

Semua modul 1, 2 dan 3 memiliki kesinambungan yang tak dapat terpisahkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun