Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kasus Papua dan Laurent Kabila

1 September 2019   16:14 Diperbarui: 1 September 2019   16:23 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kolase. olahan pribadi

Republik Demokratik Kongo (DRC) tidak akan pernah melupakan catatan sejarah jatuhnya kekuasaan  Mobutu Sese Seko pada tahun 1997.  Mantan Sekretaris Jenderal PBB Kofi Annan menyatakan  negara itu dalam kondisi bahaya sampai beberapa tahun kedepan apalagi jika melihat peristiwa  penundaan pemilihan Presiden Joseph Kabila yang seharusnya terjadi pada tahun 2016.

Kemiskinan endemik di Kongo jauh dari optimisme tanpa batas yang menyapa kemerdekaan negara itu pada 30 Juni 1960. Perdana menteri pertama negara itu, Patrice Lumumba, ingin mengatasi ketimpangan pendapatan.  

Namun Kongo segera turun ke perang saudara. Lima tahun setelah kemerdekaan, Joseph Mobutu, pemimpin pasukan Kongo, mengambil alih kekuasaan dalam kudeta tak berdarah. Pemerintahan  Joseph Mobutu disambut dengan optimisme tetapi berakhir dengan penurunan besar dalam pelayanan negara setelah ia menggelapkan dana pembangunan internasional.

Joseph Mobutu dikudeta  oleh Laurent Desire Kabila.  Kabila menjadi pemimpin Aliansi Pasukan Demokratik yang baru dibentuk untuk Pembebasan Kongo-Zaire. Ketika oposisi terhadap kepemimpinan diktatorial Mobutu tumbuh, ia mengumpulkan pasukan yang sebagian besar terdiri Tutsi  dari Zaire timur dan berbaris ke barat menuju ibu kota Kinshasa, memaksa Mobutu untuk melarikan diri dari negara itu.

Pada 17 Mei 1997, Kabila mengangkat dirinya sebagai kepala negara dan mengembalikan nama negara itu ke Republik Demokratik Kongo.  Laurent Desire Kabila Presiden Republik Demokratik Kongo 17 Mei 1997 sampai 16 Januri 2001.

Pada 16 Januari 2001, seorang pengawal menembak Presiden Laurent Kabila di istana presiden Kinshasa. Dua hari kemudian pejabat Kongo mengumumkan kematiannya. Putranya, Joseph Kabila, menjadi presiden Kongo berikutnya.

Joseph Kabila sampai  saat ini masih memerintah  dan keluarganya telah membangun kerajaan bisnis yang luas di belakang kekuatan politiknya. Sejak dekolonisasi, Kongo tidak pernah diperintah oleh orang-orang yang mengutamakan kepentingan negara. Ini berarti bahwa kekayaan mineral tambang  dan pertaniannya yang besar belum digunakan untuk melayani rakyatnya.

Muncul pertanyaan besar mengapa Laurent Desire Kabila mampu membrontak atau melakukan kudeta pada pemerintahan Joseph Mobutu atau dikenal sebagai Mobutu-Sese Seko.

Ke [1] Jauh sebelum kejatuhannya Rezim Mobutu pernah meminta perlindungan untuk bertahan hidup dalam menghadapi keruntuhan ekonomi dan ia menemukannya di Amerika Serikat. 

Namun rezim kleptokratik Mobutu hancur begitu Perang Dingin berakhir. Alih-alih mendukung rezim otokratisnya, AS menekan Mobutu untuk mendemokratisasi. Pada tahun 1990, Mobutu menyetujui demokrasi multi-partai. Tetapi rincian kebijakan baru ini ditunda dan tentara menggunakan kekosongan kekuasaan ini untuk melakukan penjarahan pada bulan September 1991.  

Pada tahun 1992, Konferensi Nasional Berdaulat (SNC) diadakan untuk memutuskan bentuk sistem multi-partai yang akan diambil. Alih-alih melanjutkan pekerjaan SNC, Mobutu berhasil menebarkan perpecahan di antara para delegasi dan berhasil tetap berkuasa.

Kemudian datanglah Rwanda pada bulan April 1994. Pada awalnya, Mobutu berusaha menggunakan kedatangan pengungsi Tutsi dan Hutu Rwanda di negaranya untuk mengambil hati sekali lagi kepada komunitas internasional bukan sebagai sekutu Perang Dingin tetapi sebagai seorang kemanusiaan. 

Namun strategi Mobutu runtuh di hadapan oposisi Rwanda untuk menampung para pengungsi Hutu di perbatasan timurnya. Khawatir invasi Hutu, Presiden Rwanda Paul Kagame mulai merencanakan invasi ke Kongo timur.

Kagame menggunakan lawan lama Mobutu, Laurent Kabila, untuk memimpin gerakan yang disebut Alliance des Forces Democratiques pour la Liberation du Zaire (ADFL-Z) yang akan melengserkan 'Great Helmsman. Pada 24 Oktober 1996, kampanye ADFL-Z dimulai. Pada 19 April, mereka menangkap Lubumbashi. Hanya masalah waktu sampai Kinshasa jatuh. 

Menghadapi kekalahan, Mobutu melarikan diri dari Kinshasa pada 16 Mei 1997 meninggalkan ADFL-Z untuk berbaris ke ibukota tanpa dilawan. Pada awalnya, Mobutu melarikan diri ke istananya di Gbadolite , 'Versailles of the Jungle', tetapi ia kemudian melarikan diri ke Rabat, Maroko, di mana meninggal karena kanker prostat pada 7 September.

Mengapa Laurent Kabila  bisa berhasil, melakukan perlawanan atau kudeta pada Mobutu-Sese Seko dan apa hubungannya dengan kasus di Papua;

Dokrin Mental Pertama  {Ada Yang Mengajari] yang bisa saya pakai adalah apapun kehebatan, kepintaran pada manusia ini selalu ada yang mengajari. Dalam filsafat misalnya jelas antara Socrates gurunya Platon, Aristotle gurunya bernama Platon. 

Demikian juga filsafat Modern dan kontemporer dikembangkan dengan gagasan Immanuel Kant, sampai Heidegger,  Gadamer dan seterusnya. Maka sampai hari ini bahwa apapun kejadian situasi kondisi yang terjadi bisanya ada yang mengajarinya [semacam repetisi atau Meniru atau Memesis], kemudian dikembangkan dengan inovasi serta kecocokon kondisionalnya.

Dokrin Mental kedua adalah rerangka pemikiran episteme Heidegger tentang temporalitas manusia (sejarah pengaruh), sebagai waktu [ada] peristiwa actual telah, sedang, dan akan; bersiklus secara berkesinambungan berkelanjutan (history in making).

Dengan dua metafora tersebut sudah memadai untuk menjawab apa yang menjadi tema tulisan ini. Artinya kemenangan Laurent Kabila atau Kasus Papua pada hari-hari terakhir  tidak lepas pada mental dua dokrin diatas. 

Pada kasus Laurent Kabila belakangan orang tahu Negara Canada memindah bukukan semua kekayaan tambang  dan mineral di Negara Kongo atau hak eksplorasi pada sektor penambangan di Republik Demokratik Kongo. 

Maka Negara lain ikut campur dalam keberhasilan kudeta Laurent Kabila dan Kabila Jr hingga saat ini; Dokument yang beredar menyatakan Perusahaan Anglo-Swiss Glencore menyediakan pinjaman untuk miliarder Israel Dan Gertler, seorang perantara yang terkenal memiliki hubungan dekat dengan tokoh-tokoh senior dalam pemerintahan Kongo, pada 2009. Artinya kedua dalil saya diatas menjadi logis bahwa apapun mesti ada yang sponsori, ada yang bergerak dalam kepentingan bisnis, atau dalam teori disebut geopolitik global;

Bagimana dengan Papua. Jawabanya mungkin kurang lebih sama atau ada kemiripan. Bagimana penjelasannya. Kita semua paham dan tahu bahwa Geopolitik internasional itu jauh sebelum semua ini terjadi adalah ketika Presiden Pertama Indonesia paling visioner dan berani bertindak itu  melahirkan Perjanjian New York ditandatangani pada 15 Agustus 1962 antara Republik Indonesia dengan pemerintah Belanda dengan difasilitasi oleh Amerika Serikat. Tentu saja mungkin tidak ada makan gratis di sini.  

Lima tahun kemudian PT Freeport Indonesia tercatat sudah beroperasi dari 1967 dan memegang izin Kontrak Karya (KK) dari pemerintah waktu itu. PT Freeport Indonesia  adalah milik Paman Sam, bidang pertambangan Grasberg, Tembagapura, Timika merupakan tambang dengan kandungan emas terbesar di dunia. Rentang waktu kompenasi dukungan Paman Sam itu PT Freeport Indonesia di Papua habis pada tahun 2054.

Seiring berjalannya waktu tanggal Kamis (27/9/2018) Indonesia Akhirnya Kuasai persen menjadi 51,23 persen saham Freeport Indonesia. Maka semenjak saat itulah ada proses gerak lain yang belum bisa dipahami para punggawa Negara. Bahwa PT Freeport Indonesia  berbasis sebagai Freeport Sulphur Company atau Freeport-McMoRan  pada tahun 1912 berpusat di kampung Paman Sam Negara bagian Taxes.

Maka sama dengan Kasus Laurent Kabila sekalipun berbeda sedikit tindakan Negara  Indonesia menguasai  persen menjadi 51,23 persen Freeport McMoRan, dengan  Perjanjian New York ditandatangani pada 15 Agustus 1962 membuat simpulan Kampung Paman Sam, bahwa Indonesia disebut Negara nakal atau mbeling. 

Padahal jauh sebelum tanggal  27 September 2018, sudah ada pertemuan empat mata antara punggawa Negara dengan Bos Freeport McMoran James R. Moffett pada 6 Oktober 2015. Lampu merah menyala pada pembukuan  kekayaan Emas Kampung Paman Sam, maka sejak itulah saya rasa secret operation dilakukan.

Pertanyan-pertanyan yang muncul sebelum Papua dilanda demonstrasi besar-besaran, sebenarnyadipastikan ada sebab ada akibat. Adapun akibat yang memunculkan dalam pertanyaan-pertanyan liar berikutnya:

[a] Mengapa Bendera Bintang Kejora bisa terjadi dikibarkan di depan Istana Negara di Depan Mabes TNI AD, dan elemen Mahasiswa Papua menuntut dengan terbuka Referendum;

[b] Mengapa beberapa Asrama di Jawa para mahasiswa menolak bertemu ibu Gubernur Jatim, atau melakukan rekonsiliasi bahkan kemudian rami-ramai melakukan pulang kampung, sambil terus tampil didepan public menuntut Papua Merdeka;

[c] Mengapa ada pernyataan bapak Gubernur Papua Lukas Enembe, pernyataan Lenis tidak mewakili seluruh elemen masyarakat Papua;

[d] Mengapa sampai hari ini tidak ada penjelasan resmi Perusahaan Listrik Negara (PLN) hasil temuan 12 jam lebih mengalami kematian di Pulau Jawa pada tanggal 5 Agustus  2019 lalu;

[f] Mengapa  tiap ulang tahun OPM  tanggal 12 Desember  jumlah bendera bintang Kejora mengalami kenaikan dikibarkan dibeberapa Negara; dan terus terjadi tiap tahunnya belum bisa dihentikan; atau Mengapa meninggalnya  petugas KPPS Pemilu bisa menjadi  hilang ditelan bumi;

[g] Mengapa kebakaran hutan di Kalimantan, dan Sumatra atau daerah lain sampai hari ini tidak bisa dituntaskan; memang terbakar, atau ada yang membakar, atau kondisi alam; atau meniru alam sebagai tindakan manusia;

[h] Mengapa bisa terjadi gudang Peluru di Kantor Polisi bisa terjadi selasa 20 Agustus 2019; atau mengapa alat penting Komunikasi yakni Kantor Telkom Indonesia yang terletak di Jayapura, Papua dibakar oleh massa demo pada tanggal, 29 Augustus 2019;

[i] Mengapa sampai terjadi saat bentrok antara massa dan aparat keamanan di Distrik Waghete, Kabupaten Deiyai,   dalam insiden tersebut sepuluh pucuk senjata milik TNI AD hilang dan dirampas;

[j] Siapa juru bisik atau pemberi wangsit atau mengapa langkah pemerintah mengambil PT Freeport-McMoRan 51.23% dengan membayar Rp  55 Triliun; bagimana hubungannya dengan pajak Paman Sam, atau katakanlah sebutan melanggar lalu lintas kekuatan ekonomi; atau apa

[j] Mengapa Organisasi Papua Merdeka atau OPM di bawah pimpinan Mayor Jenderal G. Lekkagak Telenggen,  saat dilantik menjadi Kepala Staf Operasi Pusat Komando Nasional Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) ternyata mereka memiliki senjata laras jenis AK 47, M1, M14 hingga SS1 sampai senjata modern jenis senapan serbu mesin Steyr AUG.

Dan masih ada 100 lain pertanyaan mengapa yang menjadi pertanyaan, tentu saja jawabnya tidak ada yang tunggal, harus dibaca semacam model Labirin, atau mencari benang merah dalam kerangka Geopolitik internasional, bisnis global, dan sejarah pengaruh. Anak kecil di kaki Gunung Sumbing dan Sindoro belajar main Gamelan saya pasti ada yang ngajarin, apapkah kejadian ini tidak ada yang ngajarin; atau apakah ini sesuatu yang kebetulan terpisah dan tidak terkait;

Saya menduga mudahan salah, ada pergesaran kontelasi kepentingan global, keniscayaan melawan negasi pada idiologi yang bermain dalam belakang layar pada semua tindakan tersebut. Maka tidak mudah menjawabnya. 

Sebagai peneliti dalam bidang semua aspek saya memiliki apa yang disebut pemetaan strategi global, dan teori system dan ontology operasi intelligent.

Namun Kompasiana mungkin bukan tempat yang pas untuk mementaskan uraian tersebut, sebab saya harus menyatukan muzik dan suara dari semua penjuru dunia, untuk menghasilkan nada music  karya Friedrich von Schiller, kemudian digubah oleh simfoni No. 9 Ludwig Van Beethoven tahun 1824 dengan D minor op, 125.

Tidak mungkin saya menghasilkan lagu tersebut selama batin saya masih terganggu oleh teks Thomas Hobbes menolak asumsi dasar manusia adalah bersifat social, dan satu-satunya kecendrungan manusia adalah mempertahankan dirinya sendiri. 

Upaya mempertahankan diri ini memunculkan persaingan alami, sifat kelangkaan sumberdaya, keinginan menguasai, dan memonopoli agar hidupnya bereksistensi. Maka selanjutnya terjadilah perang semua melawan semua (bellum omnium contra omnes). Dan terjadilah manusia serigala atas yang lainnya (homo homini lupus).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun