Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Trans Substansi Leadership Kearifan Lokal Jawa Kuno untuk Indonesia

31 Juli 2018   16:03 Diperbarui: 31 Juli 2018   21:38 1130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Disini beda ilmu rasional dengan metode Jawa Kuna. Hidup adalah penghayatan, dan pengalaman pada apapun, kemudian mengambi sikap senantiasa ada "eling (ingat)".  Ingat mati, ingat orang tua, ingat doa, ingat puasa, ingat agama, ingat usia, ingat tugas, ingat waktu, ingat sejarah, ingat pasangan, ingat susuah, ingat senang, ingat sakit, ingat sehat, ingat ilmu, dan seterusnya. Dengan modal ingat maka tidak mungkin manusia bersikap "dumeh" (sombong, atau angkuh, menyalahgunakan).

Ke (5) Maka dengan kesadaran ke (4) tersebut memunculkan sikap mental pada kata  Jawa Kuna pada  "Wedi, Isin"  artinya "Takut, {"Tahu Malu"}. Takut pada Tuhan, takut hukum karma, takut salah jalan, takut dalam artian seluas-luasnya untuk mawas diri. 

Dengan takut pada dokrin apapun (nilai budi luhur), maka terhindar dari rasa malu. Hidup jangan membuat malu, dan memalukan. Maka ini penting supaya hidup enak dan bahagia atau disebut "kesuksesan hidup".

Ke (6) Jawa umumnya memiliki pemahaman  pada batinia  istilah "sepi ing pamrih rame gawe".  Dan bukan sebaliknya kerja sedikit, tapi minta pamrih banyak. Kata Jawa umumnya memiliki pemahaman  keiklasan melaksanakan tugas, tanpa pamrin atau minimal pamrih (sabar nrimo),wujud penerimaan batin tanpa patah kewajiban loyalitas (deontologis Kantian). 

Wujud Ketekunan, Keuletan, tanpa mengharapkan Pamrih. Hidup adalah panggilan berkerja, iklas, tangan dua mulut satu. Atau saya sebut sebagai Good Will (kehendak baik), pada kewajiban (duty).

Ke (7) metafora "Wayang Bima mencari Air Purwitasari". Adalah simbol Weruh Wican, umat manusia dimana manusia dengan kebijaksaan Ugahari nya harus memilih pada ketegakkan jiwa, pada kebenaran, keelokan, dan manusia keberutamaan (Arite) versi Jawi Kuna.

 Ke (8) akhirnya universalitas Jawa Kuna,  adalah Sembah Roso" untuk Trans Subsatansi Leadership Kearifan Lokal Jawa Kuna Untuk Indonesia. Pada dokrin utama Konsep Tuhan Maha Esa  {"Tan Keno Kinoyo Opo"}.  Kawruh  Kisah Dewaruci  adalah inti "Sangkan Paraning Dumadi". Bahwa  Dokrin Manunggaling Kawula  Gusti. Suksma Kawekas  (Tuhan Sejati) dipahami sebagai "Utomo Roso" atau di sebut "sembah rasa atau Sembah Roso". 

Kedalaman hidup yang dihayati melampaui pengetahuan dan pemahaman lahiriah batiniah pada Sembah rogo,  Sembah cipto, Sembah jiwo.  Dengan modal dasar inilah maka gaya Jawa memimpin mengadopsi  style  "Women Leadership" atau "Keraton, Keratuan" atau gaya memimpin "Memangku, Hamengku, dan Bowono".

Maka catatan kritis saya adalah menjadi tanggungjawab konstitusi dan UU, dan peraturan pemerintah untuk melaksanakan Transformasi Gaya Kepemimpinan ini pada kebijakan wilayah public (res publica). Tidak cukup dan belum memadai hanya mengetahui keunggulan gaya leadership ini, namun diperlukan dalam order (tatanan) atau menciptakan modalitas sehingga praktik tindakan (etika) tersebut dapat dilaksanakan. 

Karena mengetahui kebaikkan berbeda dengan melakukan kebaikan, dibutuhkan model habitus (Paideia Platon)  untuk melakukankan misalnya menciptakan alat-alat kebudayaan teknologi agar tujuan nilai kebaikan itu dapat dilaksanakan seperti kerangka modalitas pada theoria Anthony Giddens.

Demikianlah puncak cara hidup Manusia Jawa pada  makna sembah rasa atau Sembah Roso" Trans Subsatansi Leadership Kearifan Lokal Jawa Kuna Untuk Indonesia. Makna kata "Jawa Kuna" tidak dimaknai sebagai pengertian "suku" dalam artian sempit, tapi dikaitkan dengan "hakekat umum manusia"  yang dimaknai secara terma istilah bahasa  "Jawa Kuna" saja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun