Trans Substansi Leadership Kearifan Lokal Jawa Kuna Untuk Indonesia *)
Latar Belakang, ke (1) Sensus Penduduk tahun 2010 (BPS RI) Total  penduduk Indonesia 236 728 379 Jiwa, dengan 3 penduduk memiliki jumlah (1) suku etnis Jawa berjumlah  95. 217.022  jiwa atau 40,22%; (2) suku etnis Sunda berjumlah  36.701. 670 jiwa atau 15,5%, dan (3) suku etnis  Batak berjumlah  8.466. 969  jiwa atau 3,58%.Â
Dengan data BPS 2010 ini dapat disimpulkan statistic kependudukan, secara mayoritas pendifinisian jumlah penduduk pada distribusi, kepadatan, dan mutu hidup bangsa Indonesia secara keseluruhan. Itulah uniknya Negara Indonesia Berbeda-beda tetapi tetap satu kesatuan.
Latar Belakang, ke (2) penelitian oleh Clifford Geertz 1960 judul "The Religion of Java", 1965 The Social History of an Indonesian Town, kemudian isi Serat Wedhatama oleh KGPAA Mangkunegara IV, serat Wulangreh karya Sri Susuhunan Pakubuwana IV, penelitian saya pada Ontologi Kejawen Solo (Apollo), Episteme Ilmu Pada Kraton Jogjakarta (Apollo), Â penelitian Hermeneutika Serat Wedhatama Kinanthi (2017).
Dengan dua latar belakang tersebut saya memperoleh hasil dugaan (proposisi) ada semacam trans-substansi ["Dominasi Kearifan Lokal Jawa Kuna"] dan perlu dipahami  untuk Indonesia menjadi lebih baik, sesuai amat UUD 1945 yakni mencerdas kehidupan bangsa.
Lalu bagimana  ["Dominasi Kearifan Lokal Jawa Kuna"] memungkinkan. Jawaban yang memadai tentu tidak mudah, membutuhkan penelitian yang panjang, dan studi mendalam supaya dapat disimpulkan.Â
Tentu saja dalam banyak diskursus saya menemukan sanggahan-sanggahan, dan ketidasetujuan pada hasil penelitian tersebut. Bahkan kritik dan ketidaksukaan yang tidak cukup alasan. Â Saya tidak mengambil sisi buruk atau baik pada apapun semuanya netral seperti air putih, dan tidak ambil posisi dua kubu saling berhadapan.
Indonesia sebagai bangsa yang besar, dan multi kebudayaan saya bisa dipahami dengan meminjam pemikiran Max Weber tentang protipe idea umat manusia universal, bahwa kemudiaan ["Dominasi Kearifan Lokal Jawa Kuna"] juga berlaku dalam semua kebudayaan bangsa dan dinegara manapun. Maka  ["Dominasi Kearifan Lokal Jawa Kuna"] bukanlah sesuatu yang unik berbeda, dan eksklusif. Â
Argumentasi-argumentasi, dan sanggahan memungkinkan pengetahuan memiliki simpulan universal, dan kesimpulan khusus. Apalagi bila mencari fakta pada warisan budaya umat manusia atau fenomenologi roh (Hegel), dan Wirkungsgeschichte ("Sejarah Pengaruh" model Hermeneutika Gadamer) misalnya diskursus  Trans Subsatansi Leadership Kearifan Lokal Jawa Kuna Untuk Indonesia tidak terlepas pada  kondisi peneliti tersituasi, kesadaran adanya bayang bayang tradisi, kesadaran Zaman ini, dan repleksi diri dalam sejarah.
Penelitian saya pada awal adanya Mataram Kuna, pada dua Wangsa Sanjaya pada artefak kebudayaan Candi Prambanan, Gunung Wukir, Candi Canggal, atau Shiwalingga, Â (2) Candi Ngawen, (3) Candi Asu, (4) Candi Pendem, Â (5) Candi Lumbung, (6) Pratasti Mantyasih, (7) Candi Gunungsari, (8) Candi Liyangan, (9) Candi Gedong Sangao Ungaran, (10) Candi Dieng.11. Candi Sukuh, 12. Candi Ceto.
Demikian pada wangsa Sailendra pada arfetak kebudayaan Candi Borubudur, Candi Pawon adalah inti pada (1) Geisteswissenschaften (roh, atau sebagai Mental dimensi, Tubuh Jiwa Roh manusia Jawa); Â (2) Naturwissenschaften (mengamati dari luar sisi fisik manusia Jawa), Â menghasilkan sintesis pada model bangunan dan kebudayaan di Kraton Yogjakarta, dan Kraton Solo Mangkinegaran. Â