Mohon tunggu...
Baladewa Arjuna
Baladewa Arjuna Mohon Tunggu... -

Think....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

‘Atheists for Jesus’ (2)

31 Desember 2015   09:14 Diperbarui: 2 Januari 2016   20:45 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Oleh karena itu pula maka Thomas Nagel – filsuf dan juga atheist – mengatakan:

“(I must) follow the rules of logic because they are correct – not merely because I am biologically programmed to do so (Thomas Nagel – The Last Word).

Rasul Paulus menggambarkannya dengan tepat dalam tulisannya kepada Jemaat di kota Roma atas respons saya tentang apa yang diargumentasikan oleh Dawkins soal big brain sebagai alat moralitas ultimat-nya:

“The mind (big brain) governed by the flesh (selfish gene) is death, but the mind governed by the Spirit is life and peace.
The mind (big brain) governed by the flesh (selfish gene) is hostile to God; it does not submit to God’s law, nor can it do so.
Those who are in the realm of the flesh (selfish gene) cannot please God.”

(Romans 8.6-8: New International Version – catatan: kata dalam kurung ditambahkan oleh penulis untuk mendapatkan kesesuaian pemahaman istilah).

 

Oleh karena itu, big brain (otak) yang dibentuk oleh selfish gene – tidak akan pernah bisa dipakai untuk menilai baik dan jahat (moralitas). Sebab big brain adalah bagian dari masalah (selfish gene). Bila dia adalah bagian dari masalah, maka dia bukanlah solusi. Dan karena dia bukan solusi, maka dia sudah kehilangan tuah-nya dan tidak bisa lagi dipakai sebagai alat paling ultimate yang bisa menghantar manusia menjadi spesies super niceness seperti yang diimpikan oleh Dawkins bila hanya menggunakan otaknya semata.

Untuk menghindari circular thinking dalam seluruh argumentasinya, mungkin Dawkins perlu merenungkan kata-kata bijak dan filosofis dari Einstein di bawah ini:

"Problems cannot be solved by the same level of thinking that created them." (Albert Einstein)

Jadi, bila selfish gene adalah masalah, maka big brain yang diciptakan oleh selfish gene mustahil solusi. Dan akhirnya, bila Dawkins gagal menyajikan argumentasi yang baik dan kokoh dalam upayanya untuk membuat moral super niceness seperti Yesus ini muncul dan tersebar, maka sekarang waktunya bagi kita untuk melihat alternative yang lain: Argumentasi dari YESUS sendiri.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun