Mohon tunggu...
Baladewa Arjuna
Baladewa Arjuna Mohon Tunggu... -

Think....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

‘Atheists for Jesus’ (2)

31 Desember 2015   09:14 Diperbarui: 2 Januari 2016   20:45 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dawkins melanjutkan:

"Let's put it even more bluntly. From a rational choice point of view, or from a Darwinian point of view, human super niceness is just plain dumb. And yes, it is the kind of dumb that should be encouraged - which is the purpose of my article. HOW CAN WE DO IT?

How shall we take the minority of super nice humans that we all know, and increase their number, perhaps until they even become a majority in the population?

Could super niceness be induced to spread like an epidemic? Could super niceness be packaged in such a form that it passes down the generations in swelling traditions of longitudinal propagation?” (Dawkins – ‘Atheists for Jesus’)

 

Inilah ide dan cara ‘brilliant’ dari Dawkins, yaitu bagaimana karakter moral (‘ketololan’) seperti yang dimiliki oleh Yesus disebarkan:

“Well, do we know of any comparable examples, where STUPID IDEAS have been known to spread like an epidemic? Yes, by GOD! RELIGION (Dawkins – ‘Atheists for Jesus’)

 

Nah sekarang – tertawalah yang keras sepuasnya, karena ini baru benar-benar lucu. Sebab Dawkins – setelah sebelumnya meniru suatu ketololan yang menurutnya perlu disemangati dan disebar-luaskan (plain dumb: moral super niceness) – kini dia ingin meniru cara dari ketololan yang lain: agama (stupid ideas), yang disebarkan oleh para penganutnya yang tolol (stupid people).

Padahal di tempat lain, Dawkins berkata bahwa kepercayaan pada Tuhan adalah ‘accidental by-product’ dari suatu proses evolusi dengan ketidak-peduliannya yang buta. Jadi agama muncul sebagai produk kebetulan yang tidak dikehendaki dari proses evolusi (misfiring). Namun benarkah demikian Mr. Dawkins? Coba pikirkan kembali. Karena bila evolusi Darwinian adalah betul berjalan secara acak (random) dengan ketidak-pedulian yang buta, maka bagaimana bisa mengatakan bahwa yang ini adalah “kecelakaan yang tidak dikehendaki” dan yang itu adalah “yang dikehendaki (bukan kecelakaan)?”

Apakah Dawkins sedang berasumsi bahwa sebetulnya ada sosok Perencana Kosmik Ilahiah – yaitu si Pemberi hukum moral, sehingga dengannya dia bisa menilai seperti itu? Sebab randomness tidaklah mengenal ‘dikehendaki’ dan ‘tidak dikehendaki’ ataupun ‘kecelakaan’ dan ‘bukan kecelakaan’. Di dalam dunia evolusi yang random, semua hal yang disebut kebetulan (yang dikehendaki) adalah sama seperti kecelakaan (yang tidak dikehendaki), dan semua kecelakaan bisa juga disebut kebetulan (dikehendaki).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun