Mohon tunggu...
Baladewa Arjuna
Baladewa Arjuna Mohon Tunggu... -

Think....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

‘Atheists for Jesus’ (1)

30 Desember 2015   15:32 Diperbarui: 31 Desember 2015   09:35 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bila Dia adalah bukan seperti apa yang dikatakanNya, maka Dia itu pastilah seorang gila, penipu, pembohong, megalomania, karena menyebarkan ajaran penuh kebohongan dan kegilaan dengan menyatakan DiriNya sampai setinggi itu. Sesuatu yang tidak akan pernah bisa dinyatakan bahkan oleh seorang Yahudi yang paling sombong sekalipun. Dan karena itu, bila Dia berbohong seperti itu atau Dia bukan seperti apa yang dikatakannya, maka Dia tidak layak untuk disebut sebagai orang bijaksana, guru moral yang baik, apalagi nabi yang mulia.

ATAU sebaliknya, apabila anda membaca dari seluruh sumber sejarah dan kitab suci yang ada tentang Yesus dan tidak mendapati DiriNya dari sudut kajian apapun sebagai seorang yang gila, pembohong ataupun penipu, maka kesimpulannya tinggal satu: bahwa Dia memang seperti apa yang dikatakanNya. Dan bila Dia benar seperti apa yang dikatakanNya, maka itu berarti anda dapat tersungkur di kakiNya dan mempercayaiNya dengan sepenuh hati.

Artinya, bila Yesus bukan sekedar manusia, maka segala apa yang dikatakan dan diajarkanNya itu memang layak untuk dipercayai, ditaati dan dijalani, karena yang berkata-kata itu adalah Yang Ilahi itu sendiri dan memiliki otoritas absolut untuk mengatakannya. Bahkan Dia mengatakan pula bahwa Dia-lah yang akan menjadi Hakim dari apa yang dikatakanNya itu atas seluruh umat manusia – dan bukan ‘Suatu Kuasa’ yang lain selain Dia.

Jadi, hanya ada 2 pilihan rasional atas Yesus. Dan pilihan itu telah dilakukan oleh 2 kelompok berbeda yang telah memikirkannya. Meludahinya atau bahkan membunuhNya – seperti yang dilakukan oleh para imam dan orang-orang Yahudi atas penghujatan yang tiada taranya (syirik) tersebut. ATAU tersungkur di kakiNya – seperti yang saya lakukan dan orang-orang Kristen lainnya. Tidak ada pilihan lain diantaranya. Sebab Dia tidak memberikannya. Dia tidak bermaksud memberikannya.

Apakah Dawkins sudah memikirkan hal ini ketika dia menempatkan Yesus sebagai role model-nya? Seorang guru moral? Padahal Dia mengaku sebagai Yang Ilahi? Bermoralkah Dia, bila Dia sedang menipu dan berbohong? Layakkah Yesus ini untuk menjadi role model-nya Dawkins?

 

(BERSAMBUNG – ke Bagian ke-2 dari 4 tulisan).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun