Mohon tunggu...
Baiq Wahyu Diniyati
Baiq Wahyu Diniyati Mohon Tunggu... Guru - Program MPBA Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

kepribadian suka menulis hal hal tertentu yang ingin ditulis ketika moodbooster

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Hakikat Kebenaran

29 November 2022   08:00 Diperbarui: 29 November 2022   08:10 2943
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Manusia berpikir untuk mendapatkan sebuah data atau simpulan yang benar atau manusia berpikir adalah untuk mendapat kebenaran. Menurut KBBI, kebenaran diartikan sebagai “keadaan yang cocok dengan keadaan yang sesungguhnya; sesuatu yang sungguh-sungguh ada”. Kebenaran adalah lawan kekeliruan yang merupakan sebuah keadaan ketika pengetahuan tidak sesuai dengan objek yang ada. Misalnya, kita mengatakan bahwa ada 5 buah apel di atas meja (pengetahuan) padahal sebenarnya ada 6 buah apel di atas meja (objek). Ini adalah sebuah kekeliruan atau sebuah pengetahuan yang tidak benar. Sementara Syafi’i yang dikutip menyatakan bahwa (kebenaran itu adalah kenyataan). Semua yang nyata adalah kebenaran. Kenyataan yang dimaksud tersebut tidak selalu yang seharusnya terjadi. Kenyataan yang terjadi mungkin saja berbentuk ketidak benaran. Dengan kata lain, ada kebenaran yang bermakna objektif dan ada kebenaran yang bermakna subjektif. (Mawardi, 2018)  

Kebenaran objektif adalah kenyataan yang benar-benar terjadi dan telah diyakini semua orang sebagai sesuatu yang benar. Kebenaran ini bersifat pasti dan tidak dapat dipungkiri lagi. Kebenaran objektif juga disebut kebenaran empiris yaitu kebenaran yang diperoleh berdasarkan hasil pengamatan panca indera, misalnya:

  • Bendera Indonesia berwarna merah putih
  • Air berwujud cair

Kebenaran subjektif adalah kebenaran yang hanya diakui sebagai kebenaran oleh sebagian manusia saja, misalnya:

  • Merokok itu nikmat
  • Tingal di perumahan lebih nyaman

Manusia merupakan makhluk hidup yang dapat berpikir sehingga dengan menggunakan kemampuannya mereka dapat menangkap ide atau prinsip tentang sesuatu yang pada akhirnya sampai pada kebenaran, yaitu kebenaran rasional. Sebagai contoh ketika komputer kita tidak berfungsi dengan baik maka dapat dipikir dan dipastikan bahwa ada komponen di dalam komputer yang rusak atau perlu diganti. Pemikiran mengenai kebenaran sesuatu yang tidak beres ini merupakan suatu hal rasional yang timbul dari fenomena komputer dan dapat dipastikan pikiran rasional itu benar. Kebenaran tidak cukup diukur dengan keingintahuan atau rasio individu, akan tetapi dapat menjawab kebutuhan dan memberi keyakinan pada seluruh umat. Oleh karena itu, kebenaran haruslah mutlak, berlaku sepanjang sejarah manusia.

Adapun hakikat kebenaran dalam prespektif Al Qur’an berarti Al-Haq yaitu persesuaian antara konsep dan realita. Persesuaian itu menghasilkan kebenaran yang akal tidak bisa mengingkarinya. Al-Qur'an menganggap kebenaran sebagai suatu perkataan yang bedasarkan nash agama yang mutawatir. Untuk memperjelas makna benar, dikemukakan lawan katanya yaitu bathil. Dengan demikian dapat teralokasikan makna benar yang dimaksudkan (Al Qordlowi, 1996).

Secara keseluruhan kandungan makna kebenaran yang diambil dari al-Qur'an mempunyai makna spesifik sebagai berikut :

  • Makna kebenaran yang pertama yang dikemukakan al-Qur'an ialah sesuatu yang wajib dinyatakan dan ditetapkan, dan akal tidak akan bisa mengingkari eksistensinya. Kewajiban tersebut sudah barang tentu merupakan sikap pasrah tanpa menyanggah, bahkan secara ekstrim merupakan suatu paksaan. Apalagi kalau dilihat pula dalam mengartikan surah al-Baqarah ayat 26, di situ al-araghi mengartikan benar sebagai sesuatu yang rasional yang ditetapkan oleh Allah SWT. Akan tetapi kata rasional itu pun mempunyai makna yang berbeda sesuai dengan lapangan yang dihadapi, sifatnya nisbi.
  • Makna kebenaran yang kedua adalah lawan dari kata bathil. Kebenaran dalam hal ini tampaknya masuk lagi pada pembahasan etimologis. Sehingga jika dikaitkan dengan beberapa makna di atas, maka kata haq ialah membenarkan. Jadi berita-berita itu bukanlah sesuatu yang bathil.

Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa al-Qur'an, sebagaimana ciri khasnya dalam tafsir al-Qur'an, berusaha menafsirkan al-Qur'an dengan gaya bahasa yang sederhana yang mudah dimengerti maksud dan tujuannya. Terutama ketika bahasa itu dipergunakan sebagai alat komunikasi sehingga melahirkan kejelasan pengertian

Teori Kebenaran

Berkaitan dengan berbagai macam bentuk kebenaran, di dalam filsafat dikenal beberapa teori kebenaran. Secara ringkas disini dijelaskan 5 teori kebenaran dalam filsafat, yaitu: teori korespondensi, teori konsistensi, teori koheresi, teori pragmatisme, dan teori kebenaran religius (Syam, 1988)

Agama sebagai Teori Kebenaran

Pada hakekatnya, manusia hidup di dunia ini adalah sebagai makhluk yang suka mencari kebenaran. Salah satu cara untuk menemukan suatu kebenaran adalah agama. Agama dengan karakteristiknya sendiri memberikan jawaban atas segala persoalan asasi yang dipertanyakan manusia; baik tentang alam, manusia, asasi, maupun tentang Tuhan. Dalam mendapatkan kebenaran menurut teori agama adalah wahyu yang bersumber dari Tuhan. (Bakhtiar, 2014)

Manusia dalam mencari dan menentukan kebenaran sesuatu dalam agama dengan cara mempertanyakan atau mencari jawaban berbagai masalah kepada Kitab Suci. Dengan demikian, sesuatu hal dianggap benar apabila sesuai dengan ajaran agama atau wahyu sebagai penentuk kebenaran mutlak.

Jenis Kebenaran

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun