Ketiga, diskursus juga dapat dilihat dari sekuen atau rangkaian interaksi. Ketika Trump mengatakan orang Meksiko sebagai penjahat, pemerkosa dan bandar narkotika.Â
PD akan melihat apakah ada hubungan antara cuitan dan bahasa Trump yang eksplisit tentang imigran (terutama dari Meksiko) dengan kejadian penembakan massal di Walmart Elpasso, misalnya (https://www.bbc.com/news/world-us-canada-49221936).
3. Orientasi tindakan dari kata-kata dan bagaimana konsekuensinya. Prinsip ini berbasis pada dua argumen di atas bahwa jika diskursus mengkonstruksi versi khusus dari realitas dan konstruksi-konstruksi itu diletakkan dalam situasi sosial budaya tertentu maka pasti akan ada fungsi dan capaian khusus yang ingin digapai oleh diskursus.Â
Dengan kata lain, diskursus (pembicaraan dan teks) bekerja dalam dan pada konteks tertentu dengan jalan yang berbeda.
Apa yang membedakan PD dengan pendekatan-pendekatan lainnya? Billig (2009) berargumen bahwa hal yang paling membedakan antara PD dengan teori psikologi lainnya adalah sikap PD yang menolak kognitivisme.Â
Kognitivisme menurut PD adalah sebuah perspektif yang mereduksi kehidupan psikologi termasuk diskursus dan interaksi sosial menjadi kerja-kerja kognitif semata, bahkan hanya dinilai berdasarkan perhitungan (computational) dari proses mental. Seraya menyiarkan reaksi yang disebut sebagai revolusi kognitif (cognitive revolution) sebagai reaksi terhadap behaviorisme.
PD mengkritik keras asumsi-asumsi dasar kognitivisme dan behaviorisme. Kaum behaviorisme misalnya percaya bahwa otak atau pikiran menerima informasi dari dunia luar dan bagaimana otak serta pikiran manusia harus memproses informasi tersebut. Adalah tujuan dari kognitivisme untuk memahami bagaimana proses pengolahan informasi dan mekanisme apa yang dipergunakan (Branquinho, 2001).Â
Psikologi kognitif juga mengasumsikan bahwa otak dan pikiran manusia harus memiliki representasi khusus tentang dunia luar. Mereka percaya bahwa jika individu tidak memiliki representasi mental atas dunia luar, individu tidak akan mampu mengenali pola yang menjadi stimulus untuk memahami realitas.
PD juga menilai psikologi kognitif sebagai paradoks (Harre, 2002). Mereka menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk membuat penelitian tentang otak dan pikiran secara saintifik dan empiris melalui berbagai eksperimen akan tetapi objek yang menjadi penelitian mereka adalah sesuatu yang tak dapat diobservasi bahkan oleh super-mikroskop sekalipun.Â
PD percaya bahwa hal-hal yang tak dapat diobservasi tersebut dapat dianalisis melalui tindakan-tindakan yang dikerjakan otak, terutama tindakan yang berbasis bahasa.
PD juga menilai bahwa sikap (attitude) bukanlah sesuatu yang telah ada dalam skema kognitif manusia. Sikap bukanlah sebuah konsep teknis yang dapat ditelaah menggunakan alat ukur seperti kuesioner (Billig, 2009; Potter dan Wetherell, 1987).Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!