Lagi, aku tak berdaya oleh jawaban Rio. Aku tak berdaya memintanya untuk menjawab. Meski kutahu dia punya jawaban untuk pertanyaan yang semakin ganas menyerangnya.
Tetapi, itu mungkin strategi yang disusun Rio untuk mendapat perhatian yang lebih banyak. Pasalnya, Badan Eksekutif Mahasiswa akhirnya mengadakan sebuah acara seminar dengan tema : Pendidikan dan Uang. Rio dipilih sebagai pembicara utama.
Saat itu Rio meminta bayaran besar dan dia berani mengatakan bahwa seminar ini akan memenuhi gedung auditorium universitas.
Dan perkataannya itu terbukti. Ratusan mahasiswa dengan antusias mendengarkan pemaparannya. Termasuk aku. Meski setiap hari bersama dia, aku pun turut penasaran. Apa yang akan dikatakan Rio di seminar itu? Bukankah menyetujui jadi pembicara sama saja dengan bunuh diri? Aku takut kalau seminar itu sengaja dibuat untuk mempermalukan Rio.
Tetapi, mengapa dia minta bayaran besar?
Kecurigaanku tidak terbukti. Sebab sampai akhir acara, tidak ada satu pertanyaan pun yang berusaha menyudutkan Rio. Aku malah semakin penasaran. Mungkinkah seminar ini memang diadakan karena orang semakin tertarik dengan pandangan Rio terhadap uang?
Didorong rasa penasaran yang tinggi, akhirnya aku mengajukan pertanyaan, "Sewaktu kita kecil, orangtua kita sering berkata 'nak, rajin belajar supaya sukses' atau ketika akan kuliah, orangtua kita, saudara maupun teman sering menyarankan jurusan yang bisa membawa kita pada pekerjaan yang bergengsi dan bergaji tinggi. Menurut saudara, untuk apa kuliah kalau bukan untuk uang?"
Rio tersenyum. "Aku kuliah untuk mencapai cita-cita. Mungkin kalian bingung dan bertanya 'bukankah dengan banyak uang akan memudahkan kita mencapai cita-cita?' apakah kalian bertanya demikian?"
Tanpa komando, semua peserta serentak menjawab "Ya!"
"Dan kalian heran karena aku membagi-bagikan uang?"
Sekali lagi, "Ya!"