Berikut adalah beberapa poin penting yang dapat diterapkan:Â
- Identifikasi area-area krusial: Contoh, perguruan tinggi dapat fokus pada peningkatan mutu pengajaran atau pengembangan kurikulum daripada membuang waktu pada prosedur-prosedur administratif yang tidak berdampak langsung pada mutu pendidikan.
- Alokasi sumber daya (resources): Alokasikan pikiran, tenaga, waktu, dan anggaran pada proses-proses utama yang memiliki pengaruh signifikan terhadap mutu pendidikan.
- Pengukuran berbasis "Impact": Gunakan indikator-indikator yang relevan untuk menilai hasil dari 20% upaya yang dipilih.
Berikut contoh terkait alokasi sumber daya (Prinsip Pareto):Â
- Pelatihan dan Pengembangan Dosen (20%) Menghasilkan 80% Mutu Pengajaran: Fokuskan sumber daya yang ada untuk pelatihan dan pengembangan dosen, karena dosen bermutu berdampak langsung pada pengajaran, penelitian, dan proses pembimbingan.Â
- Pengembangan Kurikulum Inti (20%) untuk Meningkatkan 80% Hasil Pembelajaran: Capaian pembelajaran lulusan ditentukan oleh elemen kunci kurikulum. Fokuskan sumberdaya pada revisi kurikulum inti yang mempengaruhi kompetensi utama, bukan pada kegiatan administrasi atau mata kuliah opsional.
- Investasi Teknologi Digital (20%) Menghasilkan 80% Efisiensi Pembelajaran: Alokasikan sumber daya pada teknologi pendidikan yang efisien, seperti platform pembelajaran daring, learning management system (LMS), dan alat-alat media interaktif. Penggunaan teknologi informasi dapat menghemat waktu dosen dan mahasiswa, serta meningkatkan akses terhadap sumber-sumber belajar.
Bounded Rationality
Dalam menghadapi kompleksitas SPMI, pendekatan yang paling realistis adalah dengan memanfaatkan prinsip Pareto yang diiringi dengan konsep bounded rationality.Â
Kedua konsep ini memungkinkan manajemen untuk menyederhanakan proses pengambilan keputusan, sehingga tidak terjebak dalam detail-detail yang kurang penting (tidak substantif).Â
Alih-alih mencoba memperbaiki semua target dan indikator mutu, manajemen dapat menggunakan prinsip Pareto untuk mengidentifikasi beberapa indikator kunci yang paling berpengaruh, contohnya seperti mutu pengajaran dan keterlibatan mahasiswa.Â
Selanjutnya, dengan menyadari dan memahami keterbatasan rasionalitas, pengambil keputusan dapat menetapkan strategi dengan memilih opsi yang dirasa "cukup baik", meskipun opsi tersebut mungkin tidak sepenuhnya sempurna.Â
Penutup
Penguatan SPMI di perguruan tinggi memerlukan kecakapan untuk menyederhanakan kompleksitas melalui pendekatan yang lebih efektif, efisien, dan fokus.Â
Dalam proses ini, Hukum Pareto memberikan kesadaran (insight) penting bahwa upaya manajemen seharusnya difokuskan pada 20% elemen yang paling berpengaruh, dengan demikian akan lebih mendatangkan nilai dan manfaat yang lebih besar (80% hasil).Â
Pendekatan Pareto, Insya Allah dapat membantu manajemen untuk mengalokasikan sumber daya secara optimal, baik dalam hal pemikiran, anggaran, maupun perhatian.
Di sisi lain, konsep bounded rationality mengingatkan kita bahwa keputusan "tidak harus" selalu sempurna, karena secara logis sulit sekali mendapatkan informasi dan data-data yang akurat dalam waktu cepat.
Oleh sebab itu, dalam "decision making", manajemen dapat memilih alternatif-alternatif keputusan yang dirasa "cukup baik" dan efektif untuk mencapai tujuan yang diinginkan.Â