“Ini, tolong terima, anggap saja rezeki untuk keluargamu.”
“Tapi saya kan belum bekerja pada Tuan.”
“Mulai besok kamu resmi menjadi karyawanku. Dan kamu akan di jemput oleh beberapa utusanku,” Tuan besar yang baik hati sungguh membuat dirinya berterima kasih tak henti-henti.
“Mana istri dan anak-anakmu?”
“Bu, ke sini sebentar, ada Tuan besar.”
Istrinya yang semula tidak mengetahui gerangan siapa tamu suaminya itu menganggap hanya teman biasa kerjanya. Di matikan api kompor yang mengepulkan dapur mereka. Di sambernya tangan Tuan besar. Sentuhan merunduk mengenai punggung tangan kanan Tuan besar.
“Eh… Tuan besar. Maaf, saya tadi lagi merampungkan masakan. Tanggung.”
“Anak-anakmu?”
“Mereka masih di sekolah, Tuan.”
“Baiklah, aku masih ada keperluan. Esok pagi kutunggu di kantor.”
Tuan besar bersama dua ajudannya melesat bersama Pajero putih.