“Kedai Ibu Wanti….depan statsiun….anak kecil…..anak kecil….anak kecil….tan…tan…iya..ya..saya ingat sekarang, anak kecil yang mempunyai tanda kecoklatan dan bintik hitam di tangan kirinya…ya..ya…,yang selalu ia sembunyikan dibalik bajunya…dimana ia sekarang?” Dengan penuh sukacita pak Andi akhirnya dapat mengingat kembali dan menanyakan perihal keberadaan anak tersebut,
”Pak….sayalah anak itu…dan ini lihat…” Jawab Agung sambil memperlihatkan tanda di lengan kirinya kepada pak Andi, setelah melihat tanda itu pak Andi menangis dengan terharunya, dan….
“Ka…kamu…Anak yang dulu…Oh..Tuhan, sungguh luarbiasa! karya-Mu, Engkau penuh dengan keajaiban telah mempertemukan kami kembali…..Nak, bolehkah bapak memeluk kamu?”
“Dengan senang hati pak” jawab Agung, lantas mereka pun berpelukan dan terasa sekali aroma kerinduan terobati disana.
“Nak, bagaimana ceritanya hingga dapat menemukan bapak disini?” Tanya pak
Andi,
“Pak Andi, mohon maaf sebelumnya bolehkah saya memanggil bapak dengan sebutan ayah?” pintanya
“Boleh nak, dengan senang hati apabila itu membuat hatimu nyaman” Jawab pak
Andi,
“Terimakasih ayah, lima belas tahun yang lalu saat itu saya sudah putus sekolah
dan kehidupan kami sangat susah. Ayah telah meninggalkan kami saat aku masih berumur tujuh tahun, kemudian tinggalah saya dengan ibu yang waktu itu bekerja sebagai buruh cuci dan bersih-bersih rumah. Sampai saya duduk di bangku kelas lima sekolah dasar saya masih dapat bersekolah, namun saat saya duduk di kelas enam sekolah dasar, ibu sakit-sakitan sehingga tidak dapat bekerja lagi, ibu terkena TBC. Dan saya memutuskan untuk berhenti sekolah dan membantu ibu mencari nafkah dengan menjadi tukang semir, yang akhirnya membawa saya bertemu dengan ayah yang baik ini” Sesaat Agung menghentikan kisahnya untuk mngusap air mata yang menetes di pipinya,