Mohon tunggu...
AR Rahadian
AR Rahadian Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Setetes Embun di Pagi Hari

6 April 2017   15:28 Diperbarui: 6 April 2017   23:00 634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Yah halo kak Ardy, ada apa kak?” Devi berkata dan kemudian bertanya,

“Begini, kamu bisa kan datang ke rumah Andry sekarang?” Lanjut Ardy,

“Saya lagi di mall kak! Tapi tidak jauh dari tempat kak Andry, memang ada apa. Sepertinya serius sekali” Devi menjawab sambil mereka-reka

“Pokoknya kamu sekarang kesini, penting!” Perintah Ardy,

“Baik-baik Kak! Saya segera kesana” lanjut Devi dengan sedikit kesal, namun ia menahannya  sebab selama ini kedua kakaknya  selalu membantu kehidupannya, dimana suaminya hanyalah seorang pegawai biasa yang dapat mencukupi kebiasaannya yang konsumtif.

Sesampainya di tempat Andry, tanpa basa-basi lagi mereka sepakat untuk menyimpan papa mereka di panti asuhan dan untuk biaya selama di sana mereka membebankan  kepada  papa  mereka  sendiri.  Sisa  uang  yang  ada  di tabungan papanya, mereka paksa kepada papanya untuk dikeluarkan dengan alasan untuk biaya berobat. Papanya hanya terdiam  dengan perlakuan mereka dan ia hanya dapat menangis di dalam hatinya.

Ahhhh…Aku sudah mengampuni mereka Tuhan….Aku telah mengampuni perlakuan mereka….ampuni  mereka  Tuhan  sebab mereka tidak mengerti…jauhkan  padaku untuk ingatan-ingatan seperti ini…Tuhan, Engkau adalah Tuhan yang mahapengampun, ampuni anak-anak hamba-mu ini…perbuatlah apa yang Engkau kehendaki kepada tubuh dan hidup hamba-Mu ini, dan jangan Engkau timpakan kehangatan murka-Mu kepada anak-anakku, cucu-cucuku dan seluruh keluarganya…cukuplah  hanya kepada aku, hamba-Mu ini..ia pun kembali berusaha untuk memejamkan matanya dan berharap sang fajar segera menyapa tubuhnya dengan penuh kelembutan.

******

Pagi ini tidak seperti biasanya Pak Andi tidak pergi ke halaman belakang untuk berjemur, setelah sarapan pagi ia lebih banyak berdiam diri di kamarnya dengan sesekali berusaha membaca Kitab Suci yang agak samar untuk di baca. Namun ia berusaha  keras  untuk  dapat  membacanya,  dengan  lebih banyak menggunakan

mata  kirinya  yang  masih  agak  sedikit  normal,  ia terus  berupaya  dan sesekali terdengar  permohonannya   kepada  Tuhan  agar  diberikan  kemudahan  dalam membaca Kitab Suci ini. Ditengah kekhusuannya, terdengar ketukan kecil dan suara dari balik pintu dengan penuh kelembutan,

“Selamat  pagi Pak Andi, maaf apabila saya mengganggu  sejenak” Ucap sebuah suara dari balik pintu,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Hantu Pocong Lembang, Hiburan Siang di Jalan Macet!

4 bulan yang lalu
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun